REPUBLIKA.CO.ID, JALUR GAZA -- Aktivis Israel meminta boikot terhadap McDonald setelah perusahaan penyedia makanan cepat saji tersebut menolak membuka cabangnya di pemukiman Israel.
Divisi McDonald Israel baru-baru ini didekati pemilik mal di Ariel untuk membuka cabang. Namun, McDonald menolak permintaan tersebut. Penolakan itu beralasan mereka tidak mau membuka cabang di wilayah Palestina yang diduduki Israel.
Juru bicara untuk McDonald Israel, Irina Shalmor, mengatakan keputusan tersebut telah dikoordinasikan dengan pemimpin McDonald di Amerika Serikat (AS). Lantaran hal itu, aktivis meminta boikot untuk seluruh cabang McDonald di seluruh Israel. Mereka berpendapat warga Israel sebaiknya mendukung gerai makanan cepat saji asli Israel.
"McDonald telah berubah dari bisnis menjadi organisasi dengan agenda politik anti-Israel," ujar Wakil Direktur Komunitas Yahudi, Yigal Delmonti dilansir Al-Arabiya.
Pemilik dan CEO McDonald di Israel, Omri Padan, adalah pendiri LSM, Peace Now yang mengadvokasi solusi bagi perbatasan dua negara. Direktur Eksekutif LSM tersebut, Yariv Oppenheimer mengatakan perusahaan memiliki hak untuk bertindak sesuai hati nurani dan memutuskan di mana tokonya akan didirikan.
Sementara itu, Burker King menawarkan cabangnya dibuka di mal, Tzahi Nehimias. Mal yang dibangun dengan dana 27 juta dolar AS itu akan dibuka pada 2014 di wilayah Palestina yang diduduki Israel.