REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Menteri Pertahanan Mesir, Abdel-Fattah As-Sisi mengatakan, militer Mesir berencana melakukan kudeta terhadap Presiden Muhammad Mursi, jika semua parpol tak menyelesaikan krisis di Negeri Piramida itu dalam 48 jam.
Namun rencana itu ditentang Juru Bicara militer, Ahmed Ali. Menurut Ali, disiplin dan budaya militer tak mengizinkan 'kudeta militer'. Ia menggambarkan pernyataan As-Sisi sebagai 'interaksi' dengan rakyat.
Meskipun pemrotes yang menentang Presiden Mursi menyambut baik pernyataan militer, namun pendukung Mursi sudah bergerak lebih awal. Mereka berkumpul di berbagai tempat di Mesir, bukan di bundaran utama di dekat Masjid Rabi Al-Adawiya, Kota Nasr, Kairo. Pendukung Presiden Mesir itu menyampaikan solidaritas mereka untuk Mursi dan menolak pernyataan militer.
"Angkatan Bersenjata takkan menjadi bagian dari politik atau kekuasaan," kata Menteri Pertahanan Abdel-Fattah As-Sisi di dalam pidato audio yang ditayangkan televisi resmi, seperti disadur dari Xinhua.
Ia mengatakan, tenggat 48 jam merupakan kesempatan terakhir bagi semua pihak untuk memenuhi tuntutan rakyat dan menyelesaikan krisis. Ia menyebut kondisi saat ini bersejarah.
As-Sisis memperingatkan, "Membuang-buang lebih banyak waktu akan mengakibatkan konflik dan perpecahan lebih besar, sudah sangat membuat rakyat menderita akibat krisis politik yang berlangsung."