REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Melihat aktivitas terorisme yang semakin berkembang dan memiliki beragam cara untuk menunjukkan eksistensinya, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengingatkan kepada seluruh elemen masyarakat dan pemerintahan agar jeli melihat tindakan terorisme.
Kejelian yang dimaksud, menurut Kepala BNPT, Ansyaad Mbai, adalah tidak terpakunya kepada pemberitaan mengenai terbunuhnya sejumlah teroris. ''Hati-hati ada pemutarbalikkan fakta,'' katanya, Senin (22/7).
Ansyaad mengatakan, sejatinya para teroris bertindak untuk mencari publisitas dalam artian diakui keberadaannya. Lantas, dengan publisitas tersebut mereka akan menarik simpati masyarakat.
Publisitas yang mereka lakukan adalah dengan melawan aparat dengan akhir teroris tersebut tertembak. Kemudian, Densus 88 yang bertugas memberantas mendapat kecaman dari Komisi HAM, dan masyarakat pada akhirnya mulai merasa simpati terhadap gerakan mereka.
Di sinilah, menurut Arsyaad, peran media sangat penting untuk memberi batasan. Batasan tersebut untuk menggiring opini masyarakat agar melihat tindakan kriminalitas yang dilakukan teroris. ''Jangan sampai teroris mati, langsung digembar-gemborkan media,'' katanya.
Selain itu, Arsyaad menjelaskan, pihaknya juga sedang berkoordinasi dengan tokoh agama untuk mencari solusi bersama memberantas masalah terorisme.