REPUBLIKA.CO.ID, SEMANGGI -- Sejumlah penembakan misterius terjadi pada musim Lebaran tahun ini di DKI Jakarta dan Daerah Istimewa Yogjakarta.
Kriminolog dari Universitas Indonesia Yogo Tri Hendarto berpendapat, pelaku memiliki sebuah misi atau tujuan tertentu. "Yaitu menyebarkan rasa takut yang sangat bagi masyarakat,'' kata dia, Ahad (11/8).
Yogo melanjutkan, jika memang benar ini sebenarnya sudah terpola dan bisa dianalisi sendiri. ketika masyarakat mengalami ketakutan mereka akan berpikir bahwa Jakarta serta Jogjakarta sudah tidak aman, padahal dua kota ini merupakan kota penting bagi Indonesia.
Menurutnya, masyarakat akan mengharapkan lebih kepada pihak kepolisian untuk segera mengugkap kasus tersebut. Tuntutan yang dihasilkan oleh masyarakat merupakan kerja keras pihak kepolisian.
Namun, jika polisi yang diharapkan tidak bisa memenuhi tuntutan mereka maka kepercayaan masyakarat kepada aparat keamanan akan berkurang. Ketakutan semakin berkembang ditambah peristiwa penembakan misterius terjadi berulang kali.
''Karena kepercayaan dan rasa aman masyarakat ada kaitannya dengan pengungkapan kasus ini,'' kata Yogo.
Dia mengharapkan, polisi lebih optimal kinerja pengungkapan pelaku tersebut karena yang dipertaruhkan adalah kepercayaan masyarakat.
Selain itu, ia menelurkan sebuah solusi terhadap polisi untuk berpatroli 24 jam sehari tanpa henti. Pasalnya, selain kewajiban polisi untuk menjaga keamanan, pencegahan lebih baik dari penanggulangan.
Jika kinerja polisi diperbaiki salah satunya dengan patroli rutin 24 jam sehari, angka penembakan misterius bahkan kejahatan lain bisa ditekan. Namun, Yogo mengakui, program semacam ini sulit dilakukan karena Sumber Daya Manusia (SDM) polisi yang masih kurang.