Kamis 15 Aug 2013 02:28 WIB

Taliban Jadi Ancaman Bagi Perempuan

Rep: Wachidah Hendasah/ Red: M Irwan Ariefyanto
Perempuan di Afghanistan
Foto: telegraph.co.uk
Perempuan di Afghanistan

REPUBLIKA.CO.ID,Tak hanya menjadi momok bagi pemerintah Afghanistan dan pasukan NATO, kelompok Taliban juga menjadi ancaman bagi keselamatan kaum perempuan. Kabar terbaru, seorang wanita yang juga anggota parlemen Afghanistan diculik oleh beberapa anggota Taliban. Penculikan terjadi tatkala anggota parlemen itu bepergian bersama anaknya dengan mobil melalui wilayah Provinsi Ghazni, Afghanistan bagian tengah.

Ini bukanlah aksi kekerasan pertama terhadap kaum wanita, utamanya wanita yang bekerja di lembaga-lembaga negara. Fakta tersebut tentu saja menimbulkan keprihatinan. Sebab, seperti dilansir laman Alarabiya, Rabu (14/8), Pemerintah Afghanistan dibantu Amerika Serikat dan sekutunya sebenarnya telah berupaya keras mendorong kesadaran masyarakat tentang pentingnya menghormati hak-hak kaum wanita. Tapi rupanya, upaya itu tak membuahkan hasil.

Beruntung, Fariba Ahmad Kakar, anggota parlemen yang diculik itu, akhirnya dibebaskan. Namun, seperti dikatakan pihak kepolisian, para penculiknya menuntut pembebasan empat anggota Taliban yang ditahan sebagai penebus bagi pembebasan Kakar.

Kakar, anggota Majelis Rendah, adalah anggota parlemen wanita kedua yang diculik di Ghazni dalam waktu kurang dari sepekan. Ketika berkuasa di Afghanistan pada 1996-2001,Taliban mewajibkan wanita untuk mengenakan burka, yakni busana yang menutup seluruh tubuh dari ujung kepala sampai mata kaki. Taliban juga sangat membatasi akses pendidikan bagi para wanita dan melarang mereka keluar rumah tanpa pendamping.

Ketika Taliban tumbang dan Afghanistan diperintah oleh rezim pro Barat, muncul upaya untuk memperbaiki hak-hak kaum wanita, termasuk hak untuk mengenyam pendidikan dan bekerja. Namun, budaya patriarkal yang telah berurat akar di Afghanistan menghambat upaya itu. Kini, hambatan itu menjadi kian nyata menyusul aksi-aksi kekerasan dan penculikan yang menyasar kaum wanita bekerja.

Sejumlah wanita yang berhasil selamat dari aksi-aksi kekerasan dan penculikan tersebut mengaku sangat trauma. Mereka merasa Afghanistan bukan lagi tempat aman bagi mereka. Mereka pun berpikir, satu-satunya cara untuk menyelamatkan diri adalah meninggalkan Afghanistan.

''Demi keselamatan diri saya, saya ingin sekali meninggalkan negeri ini,'' kata Muzhgan Masoomi, mantan pegawai pemerintah yang tahun lalu menjadi korban penusukan oleh sekelompok orang. Tidak kurang, 14 luka tusukan bersarang di tubuhnya. ''Saya sangat berharap media bisa membantu saya. Lebih dari setahun sejak kejadian itu, tak ada organisasi ataupun media yang bersedia membantu.''

Masoomi dan Kakar terhitung beruntung karena nyawa mereka terselamatkan. Letnan Islam Bibi, polisi wanita yang bertugas di Provinsi Helmand, bernasib lebih nahas. Bulan lalu, ia ditembak mati oleh orang tak dikenal dalam perjalanan menuju tempat kerjanya di ibu kota provinsi itu, Lashkar Gah

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement