Sabtu 24 Aug 2013 19:32 WIB

Sejuta Anak Jadi Korban Konflik Suriah

Rep: Irfan Fitrat/ Red: Mansyur Faqih
Dua anak Suriah di antara tenda-tenda pengungsian. Perang saudara telah membuat penduduk negara itu menderita.
Foto: dec.org.uk
Dua anak Suriah di antara tenda-tenda pengungsian. Perang saudara telah membuat penduduk negara itu menderita.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Konflik sipil yang terus berlangsung di Suriah selama kurang lebih tiga tahun terakhir mengorbankan kehidupan anak-anak di sana. Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut sekitar sejuta anak terpaksa harus mengungsi dari Suriah karena konflik yang berkepanjangan.

Berdasarkan data UNICEF dan UNHCR, sekitar setengah dari total jumlah pengungsi Suriah adalah anak-anak. Sejumlah 740 ribu anak berusia di bawah 11 tahun. Kebanyakan dari mereka sudah mengungsi ke Lebanon, Yordania, Turki, Irak, dan Mesir. Bahkan ada juga yang mengungsikan diri ke Afrika Utara dan Eropa.

Direktur Eksekutif UNICEF Anthony Lake menekankan, jumlah jutaan itu bukan hanya sekadar angka. Ia ingin menunjukkan anak-anak telah menjadi korban dari krisis yang terjadi di Suriah. "Ini adalah anak-anak yang tercerabut dari rumahnya. Bahkan mungkin dari keluarganya, yang akan menghadapi kengerian di mana kita baru memulai untuk memahaminya," kata dia, seperti dilansir laman resmi PBB, Jumat (23/8).

Sekitar 3.500 anak di Yordania, Lebanon, dan Irak melewati perbatasan Suriah tanpa pendamping atau terpisah dari keluarganya. Kondisi itu dianggap rentan bagi anak-anak. Mereka dinilai bisa menjadi korban perburuhan, eksploitasi seksual, atau praktik perdagangan manusia (trafficking). Sementara di Suriah sendiri, sekitar tujuh ribu anak kehilangan nyawanya selama konflik terjadi dan diperkirakan dua juta anak dalam kondisi terlantar.

Komisioner Tinggi UNHCR Antonio Guterres menilai anak-anak itu sudah kehilangan masa depannya akibat konflik yang terus bergejolak di Suriah. Bahkan mengungsi ke tempat yang aman pun belum menyelesaikan penderitaan anak-anak itu. "Mereka mengalami trauma, depresi, dan membutuhkan alasan untuk sebuah harapan," kata dia.

UNHCR dan UNICEF terus berusaha untuk memberikan bantuan dan pertolongan terhadap anak-anak yang menjadi pengungsi. Sebanyak lebih dari sejuta anak sudah mendapatkan vaksin campak tahun ini. Sekitar 167 ribu menerima bantuan psikososial. Lebih dari 100 ribu anak mulai mendapatkan pendidikan, formal dan non-formal. Anak-anak yang berada di pengungsian juga dibantu untuk mendapatkan identitas.

Gutteres melihat konflik di Suriah membuat anak-anak berada dalam pertaruhan. Bukan tak mungkin jumlah anak yang menjadi korban akan bertambah mengingat konflik yang belum mereda hingga saat ini. "Apa yang dipertaruhkan tidak lain adalah kelangsungan hidup dan kesejahteraan dari generasi tidak berdosa ini," ujar dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement