REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyelenggaraan Miss World 2013 di Indonesia dipandang tidak memperhatikan suara rakyat Indonesia.
Ketua PP Aisyah Siti Noordjanah Djohantini mengatakan, pihaknya secara tegas menolak penyelenggaraan ajang ini. Disamping itu, MUI dan lembaga Islam lain juga turut menolak ajang ini diselenggarakan di Indonesia.
"Kalau ini negara demokrasi, suara-suara ini penting didengarkan," ujar Siti kepada Republika, Rabu (28/8). PP Aisyah memandang memberi apreasiasi kepada perempuan tidak tepat dilakukan dengan ajang Miss World. Perempuan justru akan dijunjung tinggi jika program yang dilakukan memberikan dampak positif langsung.
Siti juga melihat pelaksanaan ajang itu tidak tepat digelar saat ini ditengah berbagai permasalahan bangsa. "IPM kita terpuruk, kemiskinan, kesehatan dan pendidikan kepada perempuan lebih utama," ujarnya. Terlebih, secara Islam sudah jelas mengumbar aurat terlarang bagi Muslimah.
Ketua PP Fatayat NU Ida Fauziyah menanggapi wajar muncul pro kontra penyelenggaraan Miss World di Indonesia. Bagi yang tegas, ajang ini jelas dilarang. Namun bagi yang moderat bukan berarti ajang ini bebas dilaksanakan. "Ada hal-hal yang harus benar-benar diperhatikan jika terpaksa digelar," ungkapnya.
Penyelenggaraan Miss World 2013 harus memperhatikan kultur dan budaya Indonesia. Ida menyebut berbicara budaya, didalamnya tercakup Islam yang sudah mendarah daging pada diri warga Indonesia.
Panitia juga tak boleh begitu saja melupakan mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam. "Wajib hukumnya penyelenggara memperhatikan budaya ini," ungkap Ida.