Senin 09 Sep 2013 07:20 WIB

Pengusaha Tahu Tempe Yogya Ikut Aksi Mogok

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Didi Purwadi
Seorang pekerja menimbang kedelai di gudang penyimpanan. (ilustrasi)
Foto: Antara/Arif Firmansyah
Seorang pekerja menimbang kedelai di gudang penyimpanan. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pengrajin tahu di wilayah Sleman, Sri Haryani, tidak akan memproduksi maupun berjualan tahu pada Senin (8/9). Hal itu juga akan dilakukan oleh pengusaha dan penjual tahu tempe di wilayah DIY lainnya.

''Ada surat selebaran dari Gabungan Koperasi Produsen Tahu dan Tempe Indonesia untuk melakukan aksi solidaritas tidak memproduksi maupun menjual tahu dan tempe mulai Senin (9/9) sampai Rabu (11/9),'' kata Haryani kepada Republika Online pada Ahad (8/9).

''Teman-teman pengrajin tahu dan tempe katanya ada yang mau berdemo,'' katanya. ''Kalau saya tidak akan ikut demo. Saya di rumah saja sambil menunggu keputusan selanjutnya.''

Haryani belum tahu sampai kapan dia tidak akan memproduksi dan berjulan. ''Kalau Senin sore sudah ada keputusan dan boleh berjualan tahu, mungkin saya Selasa (10/9) akan mulai memproduksi tahu untuk dijual Rabu (11/9),'' kata dia.

Yani, yang selama ini menjual tahunya di Pasar Demangan, mengatakan teman-temannya  sesama pengrajin tahu tempe Pasar Demangan, Pasar Kranggan, Pasar Godean, Pasar Gamping juga sudah mendapatkan surat selebaran yang sama. Mereka sepakat tidak akan berjualan tahu dan tempe mulai Senin (9/9).

''Sebenarnya kalau tidak memproduksi dan menjual tahu, ya rugi karena kami terus tidak mendapatkan penghasilan sama sekali. Tetapi, kami ikut solidaritas karena semua pengusaha tahu dan tempe di Yogya juga tidak akan memproduksi dan berjualan tahu tempe,''tutur dia.

Karena, dia menambahkan, harga kedelai sangat tinggi dan pemerintah belum bisa menurunkan harga kedelai.

''Harga kedelai impor dari Rp 7.800 per kilogram kok sekarang sudah mencapai Rp 9.500 per kilogram. Kenaikan harga kedelai pun cepat sekali, setiap kali naik bisa Rp 1.000 per kilogram. Tapi kalau turun sedikit lambat sekali. Paling turunnya hanya Rp 100-200 per kilogram.'' katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement