Selasa 10 Sep 2013 16:26 WIB

Pedagang Ketupat dan Nasi Uduk Keluhkan Tahu-Tempe Menghilang

Rep: Mursalin Yasland/ Red: A.Syalaby Ichsan
Perajin tahu mengerjakan pembuatan tahu berbahan kedelai.
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Perajin tahu mengerjakan pembuatan tahu berbahan kedelai.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Penghasilan pedagang ketupat sayur dan nasi uduk di kota Bandar Lampung, kian merosot sejak dua hari terakhir. Pasalnya, pedagang tahu dan tempe di pasar-pasar tradisional kota ini masih belum berani berjualan makanan rakyat tersebut, hingga Selasa (10/9).

Timbul (52 tahun), pedagang lontong sayur di Telukbetung Selatan, mengaku, pendapatan hariannya merosot karena pelanggannya tidak mau membeli ketupat lantaran tidak ada campuran tahu dan tempe di kuahnya. Ia tidak menemukan penjual tahu dan tempe di pasar tradisional karena ada mogok pedagang.

“Sejak kemarin, pendapatan kami berkurang, ketupat pun masih tersisa. Biasanya habis. Ini karena tahu dan tempe kami ganti dengan sayur saja, barangkali orang tidak mau,” kata Timbul, yang sudah berjualan ketupat sayur sudah lebih dari 25 tahun, kepada Republika di Bandar Lampung, Selasa (10/9).

Pedagang lontong sayur dan nasi uduk keliling di pemukiman penduduk, juga merasakan hilangnya tahu dan tempe, mengakibatkan perolehan rejeki mereka berkurang. Menurut Mbak Mi, pedagang lontong keliling, ia tidak mencampuri tahu dan tempe di lontong dan nasi uduknya, karena tidak ada yang jual.

Mbak Mi merasakan hilangnya tahu dan tempe di pasar sangat mengganggu kelancaran usaha makan-makanan jadi. Ia berharap pemerintah tidak memberatkan perajin tahu dan tempe soal tingginya harga kedelai, agar pedagang bisa berjualan lagi.

Penelusuran Republika di pasar SMEP Tanjungkarang dan Pasar Kangkung Telukbetung, para pedagang tahu dan tempe  masih berani menjajakan dagangannya dengan bersepeda pada Senin (9/9) pagi. Namun, pada siangnya, ada beberapa lelaki yang melarangnya berdagang. “Kalau masih berjualan tahu atau tempe, diancam diobrak-abrik dagangannya,” kata seorang pedagang tempe di Pasar Kangkung.

Pada Selasa (10/9), pedagang tahu dan tempe tidak berani lagi menjajakan dagangannya di pasar. Mereka terpaksa beralih ke dagangan lain. Pasalnya, para pedagang diancam beberapa lelaki tak dikenal, bila masih berjualan tahu dan tempe.

 

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement