REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyatakan Presiden Bashar al Assad menyetujui dekrit antisenjata kimia. Artinya, Suriah secara resmi menyetujui hukum internasional yang melarang penggunaan senjata kimia.
Juru Bicara Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki Moon mengatakan PBB menerima surat yang memberitahu Assad telah menandatangani dekrit pelarangan senjata kimia yang berlangsung sejak 1992.
Bahkan, pemerintah Suriah berkomitmen mengemban kewajiban konvensi itu sebelum diberlakukan. PBB, di saat yang sama juga berharap pembicaraan di Jenewa, antara Rusia dan Amerika Serikat (AS) segera menghasilkan perjanjian damai.
Pun, PBB meyakini dunia internasonal akan mendukung dan membantu perjanjian tersebut untuk terealisasi. Pernyataan PBB muncul setelah Assad, dalam sebuah wawancara dengan saluran televisi Suriah, mengaku siap untuk menandatangani aturan dalam konvensi anti senjata kimia.
Assad menjelaskan, dalam wawancara yang dikutip Interfax, bahwa Suriah menempatkan senjata kimia mereka di bawah kontrol internasional karena permintaan Rusia. ''Ancaman AS tak mempengaruhi keputusan ini,'' kata dia seperti dikutip dari Al Jazeera, Jumat (13/9).
Ia juga membantah bahwa rezimnya di belakang serangan gas sarin di pinggiran kota Damaskus pada 21 Agustus lalu. Assad juga yakin ada negara-negara tetangga yang memasok senjata kimia bagi para teroris, sebutan Assad untuk oposisi.
Meski Assad telah menyetujui traktat antisenjata kimia, namun pertempuran masih terus berlangsung di Suriah. Aktivis melalui rekaman video memperlihatkan angkatan udara Suriah menyerang rumah sakit yang berada di wilayah Utara yang dikuasai Oposisi.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan langkah Suriah membuktikan itikad baik dari negeri itu. Ia juga menegaskan kembali ini adalah sebuah peringatan keras kepada AS untuk tak menggunakan kekerasan.
Berbicara pada pertemuan puncak kelompok keamanan internasional, Putin menyatakan langkah itu menunjukkan Suriah serius mengikuti keinginan internasional. ''Ini akan menandai langkah serius terhadap penyelesaian krisis Suriah,'' ujar Putin di Bishkek, Kyrgyzstan.