REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Muhammad Javed Zarif akan bergabung dalam pembicaraan dengan enam negara untuk mengendalikan program nuklir di PBB. Pertemuan yang akan digelar pada Kamis (26/9) akan menjadi yang pertama dalam enam tahun, Menlu AS dan Iran dalam satu meja.
Dalam laporan Al-Jazeera, Selasa (24/9), rencana kehadiran Zarif tersebut memberi tanda-tanda kemungkinan pencairan hubungan diplomatik AS-Iran.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Catherine Ashton mengatakan dia sudah bertemu dengan Zarif.
Setelah pertemuan, dia mengatakan melihat energi dan tekad untuk pembicaraan dengan AS, Rusia, Cina, Inggris, Prancis, dan Jerman. Pertemuan tersebut merupakan yang pertama sejak April ketika diskusi bagaimana mengurangi kekhawatiran Teheran akan menggunakan teknologi nuklir untuk senjata terhenti di Almaty. Kazakhstan.
Otoritas AS mengatakan Menteri Luar Negeri AS, John Kerry akan hadir. Itu akan menandai pertama kali diplomat tertinggi AS dan Iran sejak 2007. Pemilihan presiden baru Iran, Hassan Rouhani yang dianggap moderat, memunculkan spekulasi tentang kemungkinan gerakan masalah nuklir.
Rouhani bulan lalu mengatakan menteri Luar Negeri akan menghadiri pembicaraan nuklir denga kekuatan dunia. Rouhani sendiri dijadwalkan berada di PBB pada Selasa ini.
Iran bersikeras meyakinkan program nuklirnya untuk tujuan damai dan hanya digunakan untuk energi dan medis. Rouhani mengatakan Iran tidak pernah membangun bom nuklir.