Ahad 20 Oct 2013 17:52 WIB

Merintis Karapan Sapi Tanpa Kekerasan

Red: Agung Sasongko
Karapan sapi
Foto: Antara
Karapan sapi

REPUBLIKA.CO.ID,BANGAKALAN--Pemerintah Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, mengkampanyekan karapan sapi tanpa kekerasan, sebagai upaya melestarikan budaya tradisional yang santun, bermartabat, dan sesuai dengan ajaran Islam. Kampanye karapan sapi tanpa kekerasan itu digelar di lapangan stadion di Jalan Pertempuran, Kecamatan Kota, Bangkalan, Ahad (20/10).

Sebanyak 30 pasang sapi karapan bersaing dalam lomba karapan itu."Selain untuk melestarikan budaya leluhur yang mulai terkenal di berbagai penjuru dunia, karapan sapi tanpa kekerasan juga sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Karapan Sapi," kata Kepala Dinas Pemuda Olahraga, Budaya, dan Parawisata (Disporabudpar) Bangkalan Mohammad Gufron.

Pemkab Bangkalan sendiri merupakan satu dari empat kabupaten yang ada di Pulau Garam Madura yang selama ini getol mengkampanye praktik pelaksanaan karapan sapi tanpa kekerasan, karena cara-cara kekerasan dinilai akan menciderai nama baik Indonesia di mata dunia.

Akibat adanya praktik pelaksanaan karapan sapi, seperti yang biasa dilakukan para pemilik sapi karapan di tiga kabupaten lain di Pulau Madura, citra Indonesia menjadi jelek di mata wisatawan asing yang sengaja datang ke Pulau Madura untuk menyaksikan karapan.

Gufron menjelaskan, awalnya, pelaksanaan karapan sapi di Pulau Madura memang tanpa kekerasan, yakni hanya menggunakan "pak-kopak"."Pak-kopak" merupakan bahasa Madura yang berari batang pohon pisang. Alat ini digunakan joki pasangan sapi karapan untuk memacu pasangan sapi bersaing menuju garis finis.

Akan tetapi dalam perkembangannya, pemilik sapi justru menggarukkan paku ke pantat sapi, agar larinya menjadi kencang.Tidak hanya itu saja, mata sapi-sapi karapan itu dioleskan balsa dan teringanya disetrum aki, sehingga sapi bisa berlari kencang karena kesakitan akibat disiksa.

"Jadi upaya yang dilakukan pemkab Bangkalan dengan tetap menggelar karapan sapi tanpa kekerasan ini, sebagai upaya pemurnian warisan budaya leluhur di Madura ini," kata Gufron.

Berbeda dengan karapan sapi yang menggunakan kekerasan, pada pelaksanaan karapan sapi tanpa kekerasan yang digelar pemkab Bangkalan, Ahad (20/10) itu banyak didatangi turis mancanegara. Para wisatawan ini mengaku senang dengan karapan sapi yang digelar di Bangkalan, karena tidak mempertontonkan penyiksaan.

Para ulama di Madura, mendukung upaya pemurnian budaya karapan sapi yang dilakukan pemkab Bangkalan ini dan berharap pemkab lain di tiga kabupaten di Pulau Madura bisa mencontoh Pemkab Bangkalan.Menurut tokoh ulama Pamekasan KH Rahbini, selain melanggar nilai-nilai agama, sebenarnya pelaksanaan karapan sapi dengan cara kekerasan juga melanggar nilai-nilai hukum positif.

"Disamping itu, negara Indonesia itu juga yang akan rugi nantinya, karena masyarakat internasional akan berpandangan, seolah-olah negeri ini melegalkan penyiksaan hewan," kata Rahbini yang juga Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pamekasan itu.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement