REPUBLIKA.CO.ID, SENTANI -- Para petani di Kabupaten Jayapura, Papua mulai panen singkong beracun yang merupakan bahan baku pembuatan tepung tapioka.
Asisten II Setda Kabupaten Jayapura, Bambang Widjatmoko mengatakan meskipun beracun, hasil akhir dari singkong tersebut adalah tepung tapioka yang merupakan bahan konsumsi masyarakat.
"Sudah banyak dikonsumsi masyarakat seperti tepung merk rosebrand, adalah salah satu contoh produk singkong beracun," katanya di Sentani, Rabu (30/10).
Pemerintah Kabupaten Jayapura bersama dengan USAID dan National Cooperative Business Association (NCBA) belum lama ini melakukan panen singkong (cassava) beracun perdana di Kampung Kwansu, Distrik Kemtuk, sekaligus peletakan batu pertama pembangunan pabrik pengolahan singkong di Kampung Sumbe, Distrik Namblong, Jayapura.
"Kami yang mewakili Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jayapura hanya menfasilitasi saja apa yang hendak dilakukan oleh partner usaha kepada masyarakat tersebut," tegasnya.
Bambang menjelaskan ini merupakan salah satu visi Pemkab Jayapura dengan kemitraan pihak ke tiga, yaitu keberanian untuk melakukan kerjasama dan ada penghasilan yang pasti untuk petani.
"Penanaman singkong itu sendiri telah dimulai sejak Januari 2013 yang lalu pada lahan seluas 50 hektare," kata Direktur Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat atau USAID (United States Agency for International Development) Sean Filiatchi di tempat yang sama.
Sean menuturkan bibit singkong beracun tetapi unggulan dibawa dari Lampung sebanyak 11 kontainer, sehingga nantinya di Kabupaten Jayapura tidak perlu lagi membawa bibit dari luar.
"Pada tahun-tahun berikutnya, pertanian singkong yang ada di Kabupaten Jayapura akan terus ditingkatkan hingga 250 hentar, beranjak ke 500 hektar, kemudian akan dikembangkan luas lima kali lipat setiap tahunnya," urainya.
Tidak hanya itu, dalam pembagian keuntungannya nanti, pihak USAID akan membeli semua hasil dari petani di sini. Selama ini petani kesulitan untuk menjualnya.
Selain itu, Pimpinan NCBA Papua Agus Prayitno menjelaskan di samping akan membantu petani dengan teknik dan teknologi pertanian, pihaknya juga akan membangun pabrik untuk mengolah hasil dari singkong yang di panen dari masyarakat.
"Pabrik yang mampu mengolah 500 ton singkong basah perhari tersebut, akan membutuhkan lahan seluas 8.000 hektar dan diperkirakan bisa beroperasi pada akhir tahun 2014," tukasnya.