REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kehadiran produk tekstil impor yang bermotif menyerupai batik dan sebagian besar dari Cina, menjadi tantangan batik Indonesia.
Masiswo dari Balai Besar Kerajinan dan Batik mengatakan, untuk memerangi produk impor yang membanjiri pasar tanah air itu, rakyat Indonesia perlu meningkatkan kualitas dan kuantitas batik yang dihasilkan.
Memang, diakui Masiswo, untuk menghasilkan batik tulis cukup sulit. karena dibutuhkan banyak tenaga kerja dan upah yang banyak pula. Sehingga para pengusaha menciptakan batik dengan teknik mengkombinasikan teknik printing atau sablon dengan teknik batik.
“Secara keseluruhan hal tersebut tidak bisa dinamakan batik. Juga menurut SNI, produk tersebut bukan batik,” kata Masiswo kepada wartawan di sela-sela Dialog Nasional Batik 2013 di Kampus UII Yogyakarta, Sabtu (23/11).
Masiswo berkata, agar batik tetap disenangi masyarakat, perlu ada kreativitas menciptakan desain baru batik. Penciptaan tersebut harus mengikuti perkembangan zaman dan tidak meninggalkan budaya tradisi Indonesia.