Sabtu 30 Nov 2013 19:26 WIB

Staf Perpustakaan Pamer Tato untuk Buku

Red:
Tato
Tato

CANBERRA -- Sejumlah staf Perpustakaan Nasional Australia menunjukkan tato mereka sebagai bentuk partisipasi mereka dalam buku baru tentang seni menghias tubuh.

Kate Ross, seorang peneliti, memeriksa gambar-gambar yang usianya bisa mencapai 200 tahun di koleksi perpustakaan tersebut untuk mencari gambar mengenai tato di Australia.

Namun, ia tidak hanya tertarik pada masa lalu, melainkan juga masa kini, termasuk tato yang dimiliki para staf perpustakaan. “Berbicara pada orang-orang ini dan mencari tahu latar belakang tato mereka, memberikan sorotan yang begitu emosional mengenai pribadi mereka, keinginan dan ketakutan mereka, dan apa yang mendorong mereka,” jelas Ross, yang mengaku bahwa ia sendiri tak bertato.

Salah satu staf perpustakaan, Jodie Harris, memiliki tato bergambar roh bumiputra Australia perempuan di perutnya. Ia melakukan penelitian tentang gambar tersebut saat belajar di perpustakaan negara bagian Queensland. Menurutnya, gambar tersebut cocok dengan darah bumiputranya. “Saya ambil bagian dalam buku ini karena tato sangat kurang direpresentasi di masyarakat,” jelas Harris. “Namun, bila Anda melihat di bawah baju lengan panjang, rok atau jaket, sekarang ini, sering ada pekerja kantor yang memiliki tato mulai dari leher hingga mata kaki.”

Harris memiliki tiga tato. Masing-masing melambangkan tahap-tahap berbeda dalam hidupnya.

Praktek membuat tato telah berumur ribuan tahun. Pada 1991, ditemukan jenazah bertato yang dimumikan di dekat perbatasan Austria dan Italia. Jenazah laki-laki yang dinamakan Otzi tersebut berusia 5.300 tahun. “Orang-orang mulai membuat tato sejak memiliki sesuatu yang tajam dan berpigmen,” jelas penulis buku Deborah Hill.

Perpustakaan Nasional Australia memiliki gambar dan foto banyak orang Australia yang memiliki tato sebagai cara mengekspresikan diri mereka. Pemilik tato tersebut mulai dari anggota sirkus, pelaut, hingga seniman.

Buku berjudul Body Art ini juga membahas modifikasi tubuh di masyarakat bumiputra Australia dan Selandia Baru. Para penjelajah Eropa pertama kali melihat tato saat melakukan perjalanan awal ke Pasifik. Banyak pelaut yang mendapat tato saat melakukan perjalanan. "Tato selalu didokumentasikan sebagai keanehan,” jelas Hill.

Koleksi Perpustakaan Nasional Australia, dan juga buku Body Art, mengandung sebuah gambar yang dibuat sekitar tahun 1788, saat rombongan pertama para tahanan dari Inggris tiba di Australia.

Gambar tersebut menunjukkan pelukisan dan pembuatan bekas luka di kaum Aborigin.

Berbagai budaya dan berbagai umat memiliki alasan serupa di balik pembuatan karya seni atau penampilan simbol di kulit mereka.

“Pada akhirnya, ini tentang keanggotaan dalam sebuah kelompok,” jelas Hill, “Kita ini hewan yang bergerak dalam kelompok.”

Dalam budaya kontemporer, artis pembuat tato seringkali menjadi figure yang menarik.

Sebagian dari mereka bekerja dengan menggunakan motif yang tetap, yang lain bekerja sesuai permintaan dan merancang tato yang sifatnya lebih pribadi, dengan bekerjasama dengan seorang klien.

“Mereka mengambil darah dari anda, mereka memecah batas, mereka memecah kulit anda,” jelas Hill.

Pengalaman ini melibatkan banyak diskusi dan pemikiran. Pembicaraan tentang tato bisa berlangsung sangat lama. “Kita tak bisa berbicara pada kanvas saat menganalisa seni, namun kita bisa bicara pada seseorang yang memiliki tato,” ucapnya, “Dari sana bisa muncul sejumlah cerita.” 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement