REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tangisan dan jeritan menyayat pilu terdengar di sepanjang koridor instalasi kedokteran forensik RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur. Hal itu terjadi setelah petugas forensik RS Polri memperbolehkan keluarga korban melihat kelima jasad korban kecelakaan kereta api di Bintaro sudah teridentifikasi.
Salah satu keluarga korban yang histeris adalah keluarga dari Alrisa Maghfira (16 tahun), seorang siswa SMK. Saat mereka diperbolehkan memasuki instalasi kedokteran forensik, suara tangisan terdengar kencang. "Ya Allah Ica... Kamu anak baik-baik," kata Didi Akmaluddin, ayah Ica, demikian remaja ini disapa.
Didi kemudian keluar dari ruang forensik sambil menangis. Selain ayah Ica, turut hadir nenek, tante, dan paman dari korban. Semua anggota keluarga histeris menangis saat melihat jasad korban.
Sebelumnya, keluarga tidak boleh masuk ke ruangan forensik sama skali. Setelah dilakukan konferensi pers oleh kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan, Brigjen Arthur Tampi, jasad dinyatakan sudah bisa dibawa pulang hari ini dan keluarga bisa melihat langsung potongan mayat yang tersisa.
Saat mengenang sepupunya, Sisi, tante Ica, menangis tak ada habisnya. "Ica anak baik, supel, dan soleh. Saya nggak nyangka kepergiannya bisa secepat ini," ujarnya saat ditemui di RS Polri Kramat Jati, Jakarta, Selasa (10/12). Rencananya, jenazah remaja belia ini akan segera dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Ciputat.