REPUBLIKA.CO.ID, BATAM -- Sebanyak 30 ton beras miskin untuk masyarakat yang bermukim di wilayah pulau terluar di Kecamatan Subi, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, tidak dapat diangkut ke tujuan dan terancam tenggelam di laut karena cuaca buruk.
"Semua pelayaran tak diberi izin berlayar oleh syahbandar karena cuaca ekstrem termasuk pompong (kapal kayu-Red) yang membawa 30 ton jatah raskin untuk masyarakat Subi masih tertahan di Selat Lampa, Natuna," ujar Camat Subi Eliansyah Ahad (23/12).
Padahal, lanjut dia, puluhan ton jatah raskin untuk bulan Desember itu seharusnya berangkat ke Subi sejak Kamis (19/12) kemarin. Karena buruknya cuaca menyebabkan tidak ada transportasi yang diizinkan berlayar melintasi Laut Cina Selatan.
Ia juga mengaku tidak dapat kembali ke pulau Subi, yang merupakan pulau perbatasan NKRI dengan Vietnam dan Malaysia, karena kapal penumpang seperti KM Sabuk Nusantara dan kapal perintis Trigas tidak berlayar.
Erliansyah menjelaskan ia bersama rombongan beberapa warga Subi sejak sepekan lalu melakukan kunjungan kerja berupa kegiatan pelatihan di Ranai, namun kini mereka terpaksa tertahan di ibukota Kabupaten Natuna itu karena tidak ada kapal yang berlayar.
Menurut dia, KM Sabuk Nusantara saat ini tertahan di Pontianak sedangkan kapal perintis Trigas di pelabuhan Penagi, Ranai. Gelombang laut tingginya mencapai 6 meter belum lagi kencangnya angin dan hujan lebat yang turun menyebab cuaca sangat buruk dan otoritas pelayaran melarang semua kapal berlayar.
"Kami sebetulnya dah nak balek ke Subi sejak Kamis (19/12) kemarin bersama kapal pompong yang angkut raskin, tapi kami batal balek dan terpaksa tertahan di Ranai karena cuaca sangat buruk," katanya