REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Gerilyawan Shebab Somalia Sabtu berikrar akan melancarkan serangan baru terhadap pasukan asing, setelah Ethiopia bergabung dengan pasukan Uni Afrika yang memerangi kelompok garis keras itu.
Para komandan penting kelompok yang punya hubungan dengan Alqaidah itu, termasuk pemimpin tertinggi gerilyawan itu Abdi Godane, bertemu pekan ini setelah Ethiopia secara resmi bergabung dengan misi dukungan PBB itu yang dikenal sebagai AMISOM, kata juru bicara Ali Mohamud Rage kepada AFP.
"Mereka mengumumkan bahwa rakyat Somalia harus meningatkan perang mereka terhadap AMISOM," kata Rage.
"Kami telah mengalahkan pasukan Ethiopia sebelumnya dan kami tahu bagaimana bertempur melawan mereka sekarang," tambahnya.
Pasukan Ethiopia memasuki Somalia tahun 2006 dalam satu invasi yang didukung Amerika Serikat, tetapi mundur tiga tahun kemudian dalam menghadapi perlawanan keras. Mereka secara resmi memasuki kembali ke Somalia pada November 2011, di mana satuan-satuan itu tetap berada di Somalia.
Gerilyawan Shebab yang berhaluan keras menguasai daerah-daerah luas pedesaan Somalia selatan, dan kendatipun mundur dari sejumlah kota akibat diserang AMISOM, satuan-satuan gerilyawan itu secara reguler melancarkan serangan mematikan di ibu kota Mogadishu.
Pada Rabu, 4.395 tentara Ethiopia secara resmi bergabung dalam AMISOM, bersama dengan tentara dari Burundi, Djibouti, Kenya, Sierra Leone dan Uganda.
AMISOM mengatakan pasukan mereka akan melancarkan serangan yang lama ditunggu terhadap pangkalan-pangkalan Shebab di daerah-daerah ujung selatan, dengan pasukan Kenya bergerak maju dari selatan, dan Uganda dan Burundi menekan dari utara.
Setelah serangkaian kemenangan, pasukan itu masih tetap di sana selama sekitar setahun, terhambat akibat terbatasnya jumlah pasukan dan kekuatan udara untuk bergerak maju.
"Ethiopia bergabung pada AMISOM... mencerminkan kelemahan pasukan dan ketidakmampuan mereka menguasai gerakan Shebab," tambah Ragel.
Itu mencerminkan fakta bahwa Somalia terbagi antara Kenya dan Ethiopia, dan masyarakat internasional mensahkan pembagian itu."
Ethiopia mengirim pasukan ke Somalia dalam satu invasi dukungan Amerika Serikat tahun 2006, tetapi tindakan itu menimbulkan pemberontakan berdarah dan pasukan itu mundur tiga tahun kemudian setelah gagal memulihkan ketertiban dan keamanan.