REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Kedua delegasi Suriah akhirnya sepakat bertemu muka dan melakukan pembicaraan di markas PBB di Jenewa, Sabtu (25/1). Kedua delegasi memulai perundingan dengan fokus pada pembicaraan terkait bantuan kemanusiaan ke kota Homs, Suriah.
Mediator PBB Lakhdar Brahimi mengatakan, kedua pihak telah membicarakan perihal bantuan kemanusiaan ke kota Homs. Rencananya, pembicaraan mengenai pembebasan tahanan akan dibicarakan pada Ahad (26/1). Namun, pembicaraan di Jenewa itu menghindari pembahasan mengenai masa depan Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Barhimi mengatakan, Sore itu mereka banyak membahas tentang urusan kemanusiaan untuk kota Homs. Ia berharap bantuan secepatnya bisa dikirimkan pada Ahad atau Senin. "Kami berharap bahwa akhirnya konvoi bantuan, barang, makanan, item nonmakanan, dan obat-obatan akan diizinkan masuk ke Homs," kata Brahimi dikutip dari Aljazeera.
Homs menjadi pembahasan dalam pembicaraan sebab adanya kekhawatiran bencana kemanusiaan yang semakin meluas di kota itu. Saat ini ratusan keluarga di Homs hidup di bawah pengepungan dengan penembakan setiap hari.
"Situasinya sangat sulit dan sangat rumit, kami bergerak bukan selangkah demi selangkah, tapi setengah langkah. Besok kami akan membahas masalah tahanan dan orang-orang yang diculik," ungkap Brahimi.
Kedua pihak akhirnya duduk di ruangan yang sama untuk melakukan pembicaraan pertama kalinya. Mereka memasuki ruangan di markas PBB itu melalui pintu yang berbeda. Delegasi Assad dan Koalisi Nasional Suriah duduk tatap muka di meja berbentuk U yang di tengahi Brahimi.
Mereka berbicara melalui Brahimi dan tak berbicara langsung satu sama lain. Keduanya berhadapan selama sekitar 30 menit di Sabtu pagi dan dua jam pada Sabtu sore.
"Salah satunya ada di sebelah kiri dan satu di kanan dan mereka menghadapi satu sama lain dan mereka berbicara satu sama lain melalui saya. Ini yang terjadi dalam diskusi beradab, saya pikir ini awal yang baik," ujar Brahimi.