Selasa 11 Feb 2014 17:20 WIB

Jalan Hidup Salikin: Mengasah Telinga Batin (1)

Ilustrasi
Foto: St.gdefon.com
Ilustrasi

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Aktivitas sama' (mengasah telinga batin) di dalam praktik tasawuf merupakan suatu hal yang lazim. Hampir semua praktisi tasawuf mencintai suara merdu dan irama indah.

Mengasah telinga batin jarang dibicarakan. Yang selama ini banyak kita bicarakan ialah mempertajam mata batin.

Padahal, organ tubuh dan pancaindra yang paling pertama menyaksikan langsung suara Tuhan yang Mahalembut dan Mahaindah ialah pendengaran kita. Itulah sebabnya telinga selalu disebutkan sebagai urutan pertama di dalam penyebutan indra-indra kita di dalam Alquran.

Lihat, misalnya, dalam ayat: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS al- Israa’ [17]: 36).

Latihan membuat telinga batin sensitif yang biasa disebut sama’ atau di Turki dikenal shema dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain, menghayati sebuah lagu atau irama tertentu melalui pendengaran.

Jalaluddin Rumi, seorang sufi seniman, menciptakan model tarekat dengan memadukan lagu, irama, dan gerak yang lebih dikenal dengan sema' atau Whirling Dervishes. Para praktisi sufi di dalam dunia Sunni pun juga akrab dengan sama'.

Bahkan, Imam al-Gazali menyuguhkan satu bab khusus tentang kedudukan seni (religius) dalam Islam. Dalam bab itu, ia menyatakan, orang yang tidak memiliki jiwa dan rasa seni dikhawatirkan hatinya kering dan perilakunya kasar. Karena itu, hampir semua sufi mencintai seni, bahkan di antara mereka banyak yang menjadi praktisi seni.

Agak berbeda dengan umumnya ulama fikih, tidak begitu akrab dengan sama’ atau seni pada umumnya karena dianggapnya bid’ah yang tidak pernah dilakukan Rasulullah SAW.

Bahkan, ada yang mengatakan, bunyi-bunyian seperti seruling (mazamir) adalah pemanggil setan dengan mengutip hadis Rasul yang merespons negatif sejumlah irama musik dan bunyi-bunyian dengan mengatakan pemanggil setan.

Namun, dalam beberapa riwayat juga menyebutkan, Rasulullah mencintai seni, bahkan Nabi juga seniman, minimal pencinta seni.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement