REPUBLIKA.CO.ID, SUMBAWA BESAR -- Rebecca Helona ditemukan tak bernyawa dengan leher tergorok di tanah kosong wilayah Karang Unter, Kelurahan Brang Biji, Kamis (9/1) lalu sekitar pukul 19.30 Wita. Korban pertama kali ditemukan oleh buruh sebuah gudang kayu yang berada tidak jauh dari lokasi kejadian, setelah mendengar adanya pertengkaran.Ketika buruh itu mengecek, dia menemukan seorang wanita tergeletak dalam kondisi bersimbah darah.
Sadaruddin, salah seorang warga Kelurahan Brang Biji, mengaku, dirinya sedang duduk di gudang kayu. Tidak jauh dari tempatnya duduk, sejumlah buruh tengah bercanda di halaman gudang kayu. Tak lama kemudian, terdengar suara wanita seperti sedang berkelahi, sekitar 30 meter dari arah belakang gudang. "Saya lalu meminta salah seorang buruh gudang untuk memeriksanya," kata Sadaruddin.
Buruh itu kemudian memeriksa ke belakang gudang dan menemukan seorang wanita yang tergeletak di tanah dalam kondisi bersimbah darah. Darah segar terlihat mengalir dari lehernya. Selain itu, di sekitar wanita itu, tergeletak sebuah sepeda motor.
Sadaruddin mengatakan, ketika ditemukan sulit mengenali wajah korban mengingat suasana di lokasi cukup gelap, sebab hari sudah berangsur malam."Namun salah seorang buruh mengenali korban, lalu memanggil kedua anaknya untuk datang. Bersama putra korban, kami membantu mengangkut korban menggunakan mobil menuju UGD RSUD Sumbawa," ujar Sadaruddin.
Dikatakan Sadaruddin, saat diangkut, korban sudah tidak bergerak dan darah masih mengucur keluar dari bagian lehernya.
Anita, salah seorang putri korban, mengatakan, ibunya keluar rumah saat sore hari untuk bermain voli. Kegiatan itu sudah menjadi kebiasaan sejak lama. "Hampir setiap hari ibu bermain voli," kata Anita sambil terisak.
Namun, kata Anita, belum sempat keluar halaman rumah, muncul seorang laki-laki membawa selembar kwitansi dan menyodorkan kepada Rebecca Helona untuk ditandatangani."Waktu itu, posisi saya tidak jauh dari ibu dan lelaki itu," ujar Anita.
Kemudian, kata Anita, telepon ibunya berbunyi. Selanjutnya, ibunya terlibat percakapan serius melalui saluran telepon dengan seseorang, yang juga masih ada kaitannya dengan kwitansi yang diminta untuk ditandatangani."Saya hanya sempat mendengar ibu berkata kepada penelepon, bahwa ibu tidak mau menandatangani kwitansi yang dibawa oleh laki-laki yang datang ke rumahnya," katanya, sembari mengaku tidak mengetahui kaitan kwitansi itu dengan ibunya.
Setelah pembicaraan melalui telepon selesai, ujar Anita, ibunya meminta laki-laki yang ada di rumahnya untuk pergi.
Selanjutnya, Rebecca pergi bermain voli. Selang beberapa jam kemudian, Rebecca ditemukan tewas terbunuh di lahan kosong sekitar gudang kayu CV Rembulan. "Sebagai pihak keluarga, kami ingin pelaku pembunuhan dihukum seberat-beratnya," harap Anita.
Saat reka ulang kasus pembunuhan Selasa (18/2), SH (55), oknum guru di SDN 1 Maronge, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), yang menjadi tersangka kasus pembunuhan Rebecca Helona (40), mengungkapkan SH menjadi jenuh bercampur emosi, ketika uang yang dikirim untuk melunasi hutang, ternyata habis digunakan Rebecca. Atas dasar ini, SH mengutus seseorang untuk membawa kwitansi agar ditandatangani Rebecca.
Kwintansi itu berisi sebagian nominal uang yang dihabiskan wanita itu. Namun, saat itu Rebecca menolak menandatanganinya, seraya menghubungi SH untuk bertemu.
Ketika keduanya bertemu, Rebecca marah-marah dan menolak menandatangani kwitansi yang sebelumnya disodorkan SH. Sambil memeluk Rebecca, SH meminta maaf dan menyatakan tidak akan mempermasalahkan lagi kwitansi itu. Akan tetapi, Rebecca memberontak dari pelukannya, dan berteriak-teriak sambil memukul-mukul ke arah kepala SH.
"Spontan saya cabut parang hanya untuk menakutinya agar tidak terus berteriak. Entah mengapa ada dorongan kuat sehingga parang itu terayun ke kepalanya. Bahkan ketika Rebecca jatuh ke tanah, saya terus menebas lehernya," kata SH.