Kamis 27 Feb 2014 11:12 WIB

Menyingkap Misteri Lauh al-Mahfudz (1)

Ilustrasi
Foto: Wordpress.com
Ilustrasi

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Lauh al-Mahfudz dianggap wilayah rahasia yang hanya bisa diakses oleh para malaikat utama atau hamba Tuhan lainnya yang dianggap layak.

Lauh al-Mahfudz belum banyak dibahas orang. Kitab-kitab tafsir pun tidak menguraikan panjang lebar apa itu Lauh al-Mahfudz.

Dalam literatur yang ada Lauh al-Mahfudz biasa diartikan dengan sebuah kitab atau peranti keras raksasa yang menyimpan seluruh data atau cetak biru terhadap segala peristiwa yang terjadi dari zaman azali sampai kiamat.

Dikatakan dalam hadis bahwa tidak jatuh sehelai daun melainkan sudah tercatat di dalam kitab itu. Lauh al-Mahfudz (QS al-Buruj/85: 22) sering disinonimkan dengan Umm al-Kitab (QS ar-Ra'd [13]:39), Kitab Maknun (QS al-Waaqi'ah [56]:77), dan Kitab al-Mubin (QS al-An'aam [6]:59).

Lauh al-Mahfudz dianggap wilayah rahasia yang hanya bisa diakses oleh para malaikat utama atau hamba Tuhan lainnya yang dianggap layak. Lauh al-Mahfudz dianggap gudang rahasia, karena itu kalangan jin dari golongan setan berusaha mencuri informasi itu untuk berbagai kepentingan memainkan akidah manusia.

Para malaikat penjaga Lauh al-Mahfudz sangat disiplin berjaga di sekitarnya. Jika ada setan yang berusaha mencuri berita, maka malaikat  penjaga Lauh Mahfuzh akan melemparkan bintang ke arahnya, sebagaimana disebutkan dalam Alquran:

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang (di langit) dan Kami telah menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandang-(nya), dan Kami menjaganya dari tiap-tiap syetan yang terkutuk, kecuali syetan yang mencuri-curi (berita) yang dapat didengar (dari malaikat) lalu dia dikejar oleh semburan api yang terang.” (QS al- Hijr [15]:16-18).

Ibnu Arabi menghubungkan antara Lauh Mahfuz dan perkawinan makrokosmos. Seperti yang sering dikatakannya, semua makhluk (al-khalq) diciptakan Tuhan (al-Haq) idealnya berpasang-pasangan, sebagaimana disebutkan, “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah”. (QS adz-Dzariyat [51]:49).

Ia mencontohkan, pasangan makrokosmos langit (as-sama') dan bumi (al-ardh), malam (al-lail) dan siang (an-nahar), surga (al-jannah) dan neraka (an-nar), Adam dan Hawa, akal (al-aql) dan jiwa (an-nafs), dan pena /(al-qalam) dan buku/papan tulis (al-lauh).

Pasangan-pasangan ini menunjukkan adanya interaksi secara fungsional satu sama lain. Ia mencontohkan fungsi interaktif tersebut dengan yang dan yin dalam tradisi Taoisme. Pasangan-pasangan tersebut satu yang bersifat aktif (yang) dan yang lainnya bersifat reseptif (yin).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement