REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis (6/3) pagi bergerak naik 22 poin menjadi Rp 11.559 dibanding sebelumnya Rp11.581 per dolar AS.
"Laju nilai tukar rupiah kembali menguat dipicu kembali meningkatnya aksi beli pelaku pasar terhadap aset-aset berisiko, termasuk rupiah," kata Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada di Jakarta, Kamis(6/3).
Terjadinya aksi beli itu, menurut dia, karena pelaku pasar sedang memanfaatkan penilaian bahwa gejolak geopolitik di Ukraina telah mereda. Ia menambahkan bahwa tren rupiah pada beberapa hari terakhir berada dalam area penguatan yang mencerminkan tingkat kepercayaan investor atas beberapa perbaikan dari sisi fundamental ekonomi yang sedang diupayakan pemerintah.
Di sisi lain, Reza mengatakan bahwa kenaikan rupiah juga didukung oleh terapresiasinya mata uang dolar AS pascadirilisnya data-data Australia, terutama GDP yang mengalami kenaikan.
Analis PT Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong mengatakan bahwa pergerakan mata uang rupiah masih mendapatkan sentimen positif dari rendahnya angka inflasi Februari sehingga membangun kepercayaan pasar di dalam negeri. "Namun sentimen eksternal masih tetap patut dicermati, diperkirakan pergerakan mata uang berisiko termasuk rupiah masih konsolidasi," kata dia.