Kamis 06 Mar 2014 15:19 WIB

Perdagangan Orang Mengancam Muslim Rohingya di Malaysia

Rep: Gita Amanda / Red: Citra Listya Rini
Muslim Rohingya
Foto: Youtube
Muslim Rohingya

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Praktik perdagangan manusia menerpa ratusan Muslim Rohingya. Menurut laporan terbaru, Muslim Rohingya ditawan di rumah-rumah di bagian utara Malaysia.

Dari hasil investigasi Reuters yang diterbitkan 5 Desember lalu, keterangan yang diberikan pada Reuters menunjukkan adanya geng perdagangan manusia. Mereka mengalihkan operasinya ke wilayah Malaysia, setelah sebelumnya otoritas Thailand menindak sejumlah kamp pengungsian Rohingya di hutan dekat perbatasan dengan Malaysia.

Di sana otoritas Thailand menemukan kamp telah menjadi penjara bagi para pencari suaka yang melarikan diri dari penganiayaan di Myanmar. Puluhan ribu Rohingya yang melarikan diri dengan perahu, umumnya jatuh ke tangan para pedagang manusia. Kemudian mereka dijadikan sandera di kamp-kamp terpencil di Thailand.

Kerabat mereka harus membayar ribuan dolar untuk bebas. Polisi di negara bagian Malaysia utara, Penang dan Kedah, telah melakukan beberapa penggerebekan di rumah-rumah dalam beberapa bulan terakhir. Dalam operasi Februari lalu, mereka menemukan empat orang Rohingya diikat dengan rantai logam di sebuah apartemen.

Dari wawancara Reuters, pihak berwenang telah mengakui sejauh ini jaringan perdagangan dalam skala besar. Para pedagang manusia menggiring ratusan Rohingya di malam hari, melintasi perbatasan dan menahan mereka sebagai tawanan di negara-negara di Asia Tenggara.

Pelecehan terhadap manusia di Malaysia merupakan jenis penindasan terbaru terhadap Rohingya. Selama ini sebagian besar Muslim Rohingya kehilangan tempat tinggal mereka di barat Myanmar. Setelah terjadinya bentrokan dengan mayoritas umat Buddha sejak pertengahan 2012.

Peristiwa itu menewaskan ratusan Rohingya, dan memaksa 140 ribu lainnya mengungsi ke kamp-kamp kumuh.Beberapa dari mereka dipukuli dan dibunuh di kamp yang lebih terlihat seperti jandan, dimana mereka menderita kekurangan gizi. Investigasi Reuters menemuka, otoritas Thailand terkadang bekerja sama dengan para pedagang manusia untuk menyingkirkan Rohingya dari Thailand.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement