REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) mencermati dampak penguatan rupiah terhadap kinerja ekspor Indonesia. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus menguat.
Sesuai data kurs referensi BI (JISDOR), Jumat (7/3), rupiah berada di level Rp 11.395 per dolar AS, naik dibandingkan dengan sehari sebelumnya yang berada di level Rp 11.554 per dolar AS.
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, BI memperhatikan tentang apa yang terjadi di pasar keuangan (pergerakan rupiah) serta dampaknya kepada indeks nilai tukar rupiah riil efektif atau Real Effective Exchange Rate (REER). Indeks nilai tukar rupiah riil efektif ini dihitung terhadap mata uang negara kawasan atau mitra dagang. Indeks tersebut menjadi indikator daya saing harga produk Indonesia terhadap negara tujuan ekspor dan impor.
Mirza enggan menyebutkan indeks REER rupiah di Februari. Namun, rata-rata rupiah pada Januari 2014 sebesar Rp 12.075, dengan indeks REER sebesar 94,2. Artinya, rupiah masih kompetitif untuk ekspor.
Mirza juga mengatakan, penguatan rupiah disebabkan oleh dua hal. "Pertama, kekhawatiran investors terhadap pengurangan stimulus ekonomi AS atau tapering off sudah mulai terukur karena kebijakan the Fed sudah dapat diprediksi sesuai dengan guidance yang diberikan oleh Bernanke dan Jannet Yellen," ujar Mirza, Jumat (7/3).
Kedua, data-data ekonomi Indonesia menunjukkan perbaikan yaitu inflasi Februari yang melandai dibandingkan Januari, serta defisit transaksi berjalan yang mulai mengecil.