Kamis 13 Mar 2014 15:59 WIB

Terduga Spesialis Bom Taliban Afghanistan Bebas

Rep: Gita Amanda/ Red: Bilal Ramadhan
Asap mengepul dari gerbang selatan Istana Presiden Afghanistan akibat serangan dari Taliban
Foto: AP
Asap mengepul dari gerbang selatan Istana Presiden Afghanistan akibat serangan dari Taliban

REPUBLIKA.CO.ID, April tahun lalu, pasukan Amerika Serikat dan Afghanistan menangkap Sardar Mohammad. Ia langsung ditempatkan di penjara militer. Komandan militer AS saat itu percaya, Sardar merupakan Taliban pembuat bom berbahaya yang telah menyerang tentara asing dan Afghanistan.

Namun bulan lalu, Pemerintah Afghanistan memerintahkan Sardar dan 64 tahanan lainnya untuk dibebaskan. Salah seorang pria mengatakan, Sardar kembali ke desanya di provinsi Kandahar, selatan Afghanistan.

Di desanya, Sardar disambut puluhan kerabat dan warga desa. Mereka menunjukkan rasa hormatnya pada lelaki tersebut. Keluarga dan tetangganya mengatakan, Sardar tak pernah bergabung dengan pasukan Taliban.

Berkat dijebloskan ke penjara, Sardar justru kini dianggap seperti pahlawan. "Aku benci dengan apa yang Taliban yakini," kata Sardar.

Reuters sempat melihat berkas tuduhan yang dikeluarkan militer AS terhadap Sardar. Berkas menyatakan, Sardar merupakan spesialis pembuat alat peledak improvisasi(IED). Ia diduga membuat peledak yang digunakan dalam setiap serangan terhadap pasukan Afghanistan dan asing di Kandahar.

"(Sardar) dilaporkan sangat terlibat dalam operasi IED melawan pasukan koalisi dan Afghanistan," ungkap laporan.

Pada April 2013 laporan menunjukkan, Sardar telah mengubur sebuah bom improvisasi yang meledak saat pasukan koalisi dan Afghanistan mendekat. Tak jelas siapa yang melaporkan atau bukti apa yang mendasari tuduhan tersebut.

Di antara bukti yang dimiliki tentara AS adalah, Sardar dinyatakan pernah melakukan kontak ponsel dengan Taliban. Hal tersebut tersimpan dalam memori ponselnya. Berkas juga mengatakan, Sardar diuji positif terkena residu bahan peledak.

"Dalam pernyataan tersumpah yang ditulis di berkas, ia mengaku melakukan kontak dengan komandan Taliban." ujar pernyataan.

Tapi Sardar mengatakan pada Reuters, ia tak memahami berkas pernyataan yang ia tandatangani. Ia juga mengatakan memiliki kontrak untuk bahan bakar truk dan kerikil ke pangkalan militer AS di Kandahar. Sardar juga merasa dikhianati setelah pasukan asing menyerbu rumahnya tahun lalu.

"Mereka mengobrak-abrik barang-barang kami dan menggeledah seluruh rumah. Mereka tidak menemukan apa pun untuk membuktikan bahwa saya bersalah, tetapi mereka masih menangkap saya," kata Sardar beberapa hari setelah pembebasannya.

Pasukan asing menurutnya menanyakan seseorang di desanya dan membawa sebuah dokumen. Namun, Sardar tak bisa membaca. Petugas menurutnya hanya mengatakan, ia harus melakukan cap jempol di atas kertas agar bisa bebas. "Tapi saat saya lakukan itu, mereka mengirim saya ke penjara Bagram," kata Sardar.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement