Rabu 19 Mar 2014 12:07 WIB

Cuaca Tak Menentu, Petani Sulit Keringkan Gabah

Rep: cj01/Agus Yulianto/ Red: Bilal Ramadhan
Para pekerja di sebuah penggilingan gabah menjemur dan membersihkan gabah kering.
Foto: Antara
Para pekerja di sebuah penggilingan gabah menjemur dan membersihkan gabah kering.

REPUBLIKA.CO.ID, NGAMPRAH-- Sebagian petani di Kabupaten Bandung Barat (KBB) mulai terlihat mengeringkan gabah hasil panen mereka di halaman rumah atau di pinggir jalan, Rabu (19/3). Namun, mereka mengaku merasa kesulitan dalam pengeringan lantaran cuaca belakangan ini masih tidak menentu.

“Hujan sering turun dan cuaca kerap mendung,” kata Empan Saripudin (37 tahun), warga Desa Manapa Kecamatan Cililin KBB kepada ROL, Rabu (19/3).

Baru sebentar dijemur, kata Empan, langit mendung dan gerimis turun. Sehingga mereka harus kembali mengangkut gabah-gabah tersebut kembali ke dalam rumah agar tidak kehujanan. Kondisi ini, kata Empan, membuat dia dan puluhan petani lainnya harus bersabar karena panas matahari tidak bisa mengeringkan gabah dalam sehari. Padahal, selang tiga hari masa panen padi, ia ingin segera menjual sebagian gabah-gabah tersebut. “Tapi, kalau gabahnya kurang kering, harganya bisa jatuh," katanya.

Ia khawatir, jika sulit dikeringkan, kualitas gabahnya akan menurun. Berdasarkan pengalamannya, jika gabah tidak cepat dikeringkan, akan cepat berjamur dan jika digiling akan menjadi bubuk. “Ini karena gabahnya lembab,” lanjutnya. Dengan kondisi cuaca yang kerap mendung, diperkirakan butuh waktu hingga lima hari untuk kering dan siap digiling.

Hal serupa dikeluhkan petani lainnya di kawasan Sasakbubur Cililin, Marfuah (42). Pada kondisi normal, kata dia, gabah dapat kering hanya dalam waktu dua hari saja. Sayangnya, sebagian gabah miliknya sudah telanjur menghitam dan rusak karena lembab.

“Meski masih bisa dimakan, kualitasnya jadi jelek dan bau apek,” tuturnya. Sepengetahuan Marfuah, salah satu faktor yang memengaruhi mutu gabah biasanya dipengaruhi masa pengeringan, sebab penggilingan gabah yang kering menghasilkan beras yang utuh. Sementara gabah yang lembab membuat beras menjadi bubuk saat digiling.

Sampai saat ini, kata Marfuah, tidak ada cara lain selain bersabar. Hingga kini, mesin pengering gabah pun belum pernah disediakan oleh pemerintah ke kawasan tersebut. “Jika pemerintah mau menyediakan, tentu kita sangat senang, tapi sejauh ini, saya baru tahu ada alat semacam itu,” paparnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement