Jumat 21 Mar 2014 20:12 WIB

Tes Keperawanan, Perlukah Dilakukan? (3-habis)

Rep: Mohammad Akbar/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: Wordpress.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Munculnya ide tes keperawanan ternyata mendapat tentangan keras dari Rektor Universitas Muhammadiyah Tangerang Achmad Badawi. Ia tak yakin dengan dilakukannya tes semacam ini kepada pelajar akan bisa menurunkan angka pergaulan bebas remaja.

“Saya rasa (tes keperawanan) itu tidak penting. Justru, itu menyalahi konsep sunatullah dan menjatuhkan psikologi anak,” kata Badawi.

Konsep Yahudi

Dengan cukup keras, Badawi menilai bahwa ide tes keperawanan ini tak ubahnya sikap orang-orang Yahudi. Orang Yahudi itu, katanya, mengerti dan memahami isi Alquran. Namun, mereka justru tidak mau mengakui dan melaksanakannya.

Melakukan hubungan badan bagi pasangan yang belum resmi menikah, kata Badawi, adalah hal yang sangat dilarang di dalam agama.

Namun, pada kenyataannya, di luar negeri justru yang terjadi sebaliknya. Pergaulan bebas menjadi hal yang lumrah dilakukan meski mereka menyadari hal tersebut dilarang oleh agama.

“Mereka (orang Yahudi) itu suka memutarbalikkan. Kalau saya melihat, ide tes melakukan keperawanan ini adalah konsep Yahudi yang memang gemar melanggar dan memutarbalikkan kebenaran,” ujarnya.

Badawi juga melihat gagasan melakukan tes keperawanan itu secara hukum syar’i terkesan sangat mengada-ada. “Nantinya hanya akan menjadi kegenitan buat kepala sekolahnya saja. Kasihan masyarakat. Jadi, saya sangat tidak setuju,” katanya.

Ia menjelaskan, upaya mengurangi pergaulan bebas di kalangan generasi muda adalah dengan mengajarkan nilai-nilai agama. Dekatkan pula generasi muda itu dengan Alquran. “Jadi, janganlah ngomong soal keperawanan untuk mengurangi pergaulan bebas, tetapi ajarkanlah anak-anak kita Alquran. Itu jauh lebih penting,” kata Badawi menyarankan.

Badawi sangat sepakat untuk mengajak generasi muda agar dekat dengan agama serta perlunya teladan yang diberikan orang tua. Jika orang tua tak lagi mampu memberikan teladan, ia merasa tak heran jika anak-anak muda mencari bentuk teladan lain.

Mengenai munculnya wacana lebih baik melakukan tes kewarasan kepada para pejabat publik ketimbang melakukan tes keperawanan kepada pelajar, Badawi menjadi orang yang sangat setuju.

“Pejabat yang masih suka korupsi itu sebaiknya dihukum mati saja. Nah, untuk bisa mengurangi perilaku doyan korupsi itulah maka perlu kiranya dilakukan tes kewarasan kepada mereka. Jadi, bukan tes keperawanan,” tegas Badawi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement