REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT-- Menteri Luar Negeri Lebanon menyerukan negara-negara Arab, untuk mendukung tentara Lebanon pada Senin (24/3). Hal tersebut dalam upaya melawab dampak perang sipil Suriah, yang menurutnya mengancam perpecahan di negara tersebut.
Sekitar satu juta pengungsi Suriah saat ini telah melarikan diri ke Lebanon. Migrasi tersebut membuat ketegangan infrastruktur publik dan mengancam mengganggu keseimbangan sektarian. Dikutip dari kantor berita Reuters, Gebran Bassil mengatakan pada wartawan perang sipil di Suriah mengancam keberadaan Lebanon.
Menurutnya tak hanya di Lebanon, konflik tersebut juga mengancam seluruh umat manusia."Bentrokan besar dikhawatirkan terjadi antara peradaban, agama dan semua aspek atau perbedaan di dunia," ujar Bassil pada wartawan sebelum pertemuan para pemimpin Liga Arab di Kuwait, Selasa (25/3).
Kekuatan di Lebanon saat ini terdiri dari Syiah, Sunni, Druze dan Kristen. Hal tersebut mencerminkan keberagaman populasi di Lebanon. Pengungsi Sunni Suriah dikhawatirkan, dapat menggangu keseimbangan demografis Lebanon.
Ketegangan komunal di Lebanon dipicu, penyerangan pasukan Pemerintah Suriah di Yabroud. Kala itu pasukan pemerintah dibantu sekutu mereka, gerakan militer dan politik Syiah Hizbullah Lebanon. Pertempuran memicu reaksi berantai bom mobil dan serangan roket.
Masalah sektarian Suriah menghidupkan kembali kenangan perang sipil Lebanon, pada 1975-1990.Bassil yang juga merupakan menteri luar negeri mengatakan siap membahas masalah konflik Suriah dengan rekan-rekan dari negara Arab lainnya. Pembahasan rencananya akan fokus pada masalah pengungsi dan dukungan untuk tentara Lebanon.
"Kami berharap bahwa keputusan ini akan diterjemahkan menjadi kenyataan dengan bantuan langsung dan nyata ke Lebanon dalam mendukung tentara, karena tentara Lebanon selama ini memerangi terorisme untuk semua warga Arab dan seluruh dunia," katanya dikutip dari Al-Arabiya.
Bassil mengatakan, satu-satunya cara melindungi Lebanon dan perbatasan dengan Suriah adalah dengan memberi dukungan tambahan pada tentara. Desember lalu, Arab Saudi menyumbang 3 miliar dolar untuk meningkatkan kemampuan militer Lebanon. Mereka juga dana tersebut digunakan untuk memasok senjata dari Prancis.
"Dukungan untuk tentara adalah sesuatu yang nyata untuk menghadapi bahaya yang datang," tambahnya.