REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Dengan sangat sedikitnya pemberi suara, pemilih Prancis menyerahkan kemenangan besar kepada kubu konservatif dan sayap-kanan-jauh dalam pemilihan umum lokal, Ahad (30/3).
Hasil itu dipandang banyak pihak sebagai hukuman bagi kubu Sosialis, yang memerintah.
Hasil resmi belum diumumkan, tapi jajak pendapat di luar pemungutan suara memperlihatkan Uni bagi Gerakan Rakyat (UMP), yang konservatif, mengantungi 49 persen suara, tujuh persen lebih banyak dibandingkan dengan Partai Sosialis (PS) --yang memerintah.
Kubu kanan-jauh Front Nasional (FN), partai anti-pendatang dan proteksionis, mengumumkan sembilan persen --angka yang cukup tinggi mengingat partai tersebut menempatkan calon di 596, dari 36.000, kota kecil, kata survei BVA.
"Itu adalah kekalahan buat pemerintah dan buat kelompok mayoritas ... pemilihan umum tengah waktu itu adalah kesempatan untuk mengirim pesan. Pesan ini jelas dan harus sepenuhnya dipahami. Tanggung jawab bersifat kolektif, saya memikul tanggung jawab saya," demikian pengakuan Perdana Menteri Jean-Marc Ayrault, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin.
Dalam pemilihan umum tersebut, kubu konservatif mengklaim kemenangan setelah menguasai 100 kota besar termasuk Kota Toulouse di bagian selatan, yang biasanya berada di bawah naungan Sosialis.
Di Marseille, kota terbesar kedua di negeri itu, calon petahana sayap-kanan Jean-Claude Gaudin meraih mandat keempat setelah mengalahkan pesaingnya dari kubu Sosialis, dengan mengantungi 42,6 persen suara, demikian perkiraan hasil awal.
Namun, Ibu Kota Prancis, Paris, jatuh ke tangan PS setelah calonnya Anne Hidalgo mengalahkan calon konservatif Nathalie Kosciusko-Morizet, dengan mendapat 55,5 persen suara.