Oleh: Mohammad Akbar
Kekerasan akibat kemiskinan hati
Terjadinya kekerasan di tengah masyarakat tak lepas dari kemiskinan hati dan materi. Sebaliknya, para tokoh agama sejauh ini dinilai baru memberikan siraman rohaninya pada hal-hal yang bersifat normatif saja.
“Tetapi, siraman rohani yang menyentuh kesadaran itu masih belum dilakukan secara maksimal,” kata Rektor Universitas Muhammadiyah Tangerang Achmad Badawi.
Achmad mengatakan, kemiskinan yang menjadi penyebab munculnya kekerasan harus dilihat secara komprehensif. Kemiskinan secara materi, katanya, telah menyebabkan terjadinya angka pengangguran yang tinggi.
Ketika pengangguran banyak terjadi maka kekerasan akan mudah terletup ketika ada pihak yang memancing. “Pada kondisi ini, masyarakat menjadi sangat rentan,” ujar Achmad.
Ia menegaskan, keberingasan seseorang timbul akibat persoalan kemiskinan dan kefakiran. “Di saat imannya kempes maka iblis akan mudah memasuki ruang dan relung-relung hati orang yang miskin itu. Itulah yang kemudian membuat orang-orang itu berbuat kerusakan, kekerasan, dan hal-hal negatif lainnya.”
Lantas, bagaimana memaksimalkan peran ulama untuk mencegah atau mengurangi angka kekerasan yang ada di tengah masyarakat? Menurut Achmad, langkah yang tak pernah henti dilakukan adalah melakukan pembinaan rohani kepada masyarakat.
Ia mengatakan, secara kuantitatif program siraman rohani sudah berjalan baik. Namun, secara kualitatif ia masih melihat adanya sejumlah kekurangan.
“Selama ini kita masih banyak berbicara bukan pada aspek substansial. Siraman rohani itu masih lebih banyak mengedepankan hal-hal yang sifatnya normatif ,tetapi bagaimana mengajak orang untuk matang secara emosional dan berbuat kebaikan masih sangat kurang dilakukan,” katanya.