REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA-- Pemkot Surabaya mulai mempersiapkan penutupan lokalisasi Dolly dan Jarak sebelum memasuki bulan Ramadhan atau akhir Juni 2014 dengan mengajukan anggaran rehabilitasi ke Kementerian Sosial (Kemensos).
"Program rehabilitasi ini berupa pemberian bekal sebelum para PSK ini pulang kembali ke kampung halaman atau menekuni profesi lain," kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Jumat.
Ia mengatakan saat ini ada sebanyak 375 Pekerja Seks Komersial (PSK) yang sudah terdata untuk program rehabilitasi berupa pemberian latihan ketrampilan. "Latihan ketrampilan itu antara lain menjahit dan beberapa keahlian lain, sehingga ketika sudah tidak menjadi PSK lagi, maka mereka bisa hidup dari ketrampilan yang dimiliki," katanya.
Sebelumnya sudah ada empat lokalisasi yang sudah ditutup, di antaranya Klakahrejo, Sememi, Morokrembangan, dan Dupak Bangunsari. Sekarang, tinggal Dolly dan Jarak di Kecamatan Sawahan yang masih buka.
Namun Risma mengakui ada banyak kendala dalam penutupan Dolly dan Jarak. Ada saja pihak tertentu yang menghalang-halangi. Sayang, Risma tidak menyebut pihak mana yang dimaksud. "Selain itu, jumlah PSK yang cukup banyak di Dolly dan Jarak juga menjadi kendala. Kalau yang lain-lain itu kan jumlahnya sedikit. Mungkin 100 hingga 300 PSK. Nah, di Dolly ini ribuan," katanya.
Sepanjang tahun ini, kata dia, pemerintah menyiapkan dana lebih dari Rp27 miliar untuk rehabilitasi eks wilayah lokalisasi di Surabaya, yakni Klakahrejo, Sememi, Morokrembangan, dan Dupak Bangunsari. Rincianya sebesar Rp585 juta dari dana program Kementerian Sosial (Kemensos), Rp25 miliar dari Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dan sebesar Rp1,4 miliar dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur (Jatim).
"Dalam rehabilitasi ini, kami tidak membongkar wisma yang selama ini digunakan sebagai tempat pemuas nafsu lelaki hidung belang. Wisma ini harus difungsikan sebagai rumah pada umumnya," katanya.