Rabu 14 May 2014 12:37 WIB

Nelayan Cirebon Hadapi Kondisi Rawan Pangan

 Sejumlah nelayan memperbaiki jaring di dermaga Pantai Karangsong, Kabupaten Indramayu, Kamis (20/2). (Republika/Edi Yusuf)
Sejumlah nelayan memperbaiki jaring di dermaga Pantai Karangsong, Kabupaten Indramayu, Kamis (20/2). (Republika/Edi Yusuf)

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Badan Ketahanan Pangan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cirebon, Jawa Barat, menyebutkan nelayan tradisional di pantai utara yang hanya mengandalkan hasil tangkapan ikan dari melaut, menghadapi kondisi rawan pangan.

Kepala Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Cirebon, Ir Saiduna kepada wartawan di Cirebon, Rabu (14/5), mengatakan daya beli nelayan di Pantai Utara (Pantura) Cirebon rendah karena mereka hanya mengandalkan hasil tangkapan ikan dari melaut.

"Penghasilan mereka kurang maskimal karena tergantung cuaca sehingga mereka menghadapi kondisi rawan pangan," katanya.

Hasil tangkapan ikan nelayan Cirebon, kata dia, sulit diandalkan. Selain alat tangkap yang masih tradisional, mereka juga terjerat utang kepada rentenir sehingga dampaknya daya beli rendah dan rawan pangan.

Saiduna mengatakan daerah Pantura Cirebon, mulai dari Tawang Sari Kecamatan Losari (perbatasan Cirebon-Brebes, Jawa Tengah) hingga Kapetakan (perbatasan dengan Indramayu) merupakan wilayah rawan pangan.

Menurut dia, perlu dicontoh nelayan Cirebon yang mencoba budidaya ikan kerapu dengan pola keramba yang hasilnya dapat meningkatkan daya beli nelayan.

Sementara itu Manager Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Glayem Indramayu, Dedy Aryanto menuturkan penghasilan nelayan tradisional Indramayu sulit ditentukan jika mereka hanya mengandalkan tangkapan ikan dari melaut karena cuaca menentukan penghasilan mereka. Menurut dia, ketika cuaca normal maka hasil tangkapan melimpah dan nelayan tradisional untung.

"Tetapi jika kondisi laut tidak bersahabat, angin kencang dan gelombang tinggi maka nelayan berhenti melaut sehingga mereka rawan pangan," katanya.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement