REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Penutupan lokalisasi prostitusi terbesar se-Asia Tenggara di Gang Dolly dan Gang Jarak, Surabaya, akan dilakukan Rabu (18/6) malam ini. Hanya, seribuan pekerja seks komersial (PSK) dan muncikari yang selama ini menggantungkan hidup dari lokalisasi tersebut masih menunjukkan perlawanan.
Seorang muncikari Wisma Permata di Gang Dolly, Ardian, menolak mentah-mentah rencana pemerintah untuk menutup Gang Dolly. Menurutnya, pihaknya menolak penutupan karena tidak ada sosialisasi sebelumnya dari pihak Pemerintah Kota Surabaya.
Dia pun menuding rencana pemerintah untuk memberi lapangan pekerjaan hanya janji-janji manis belaka. Hanya, Ardian mengaku baru mau beralih profesi sebagai muncikari jika Pemkot Surabaya mau memberinya uang banyak.
"Kalau dikasih 1 miliar (rupiah), mau beralih profesi. Tetapi harus dibuktikan dulu, jangan hanya janji". Dia menjelaskan, tidak sepatutnya pemkot menutup lokalisasi tersebut karena Dolly mampu menjadi lapangan pekerjaan bagi banyak orang.
Sebelumnya, Menteri Sosial Salim Segaf Aljufri menggelontorkan uang senilai Rp 7,3 miliar untuk 1.493 mantan PSK Dolly. Dari uamg tersebut, setiap eks PSK akan mendapatkan jatah hidup senilai Rp 5.050.000.