REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan Indonesia tidak menganut kebijakan agresif dalam pertahanan dan militer meski terus meningkatkan kemampuan alat utama sistem senjata serta kualitas prajurit TNI.
"Kita tidak bermaksud menjadi kekuatan militer yang agresif meski NKRI harga mati," kata Presiden SBY dalam amanatnya saat menjadi Inspektur Upacara pada Prasetya Perwira TNI di Lapangan Dirgantara Kompleks Akademi Angkatan Udara Yogyakarta, Kamis (26/6).
Ia menegaskan Indonesia hanya ingin memiliki TNI yang tangguh, mampu jaga kedaulatan dan beri kontribusi pada pasukan perdamaian dan operasi selain perang.
Presiden mengatakan perubahan kondisi geopolitik dan arsitektur internasional membuat Indonesia harus terus menyesuaikan kebijakan dan doktrin pertahanannya.
"Dunia dan kawasan sekeliling kita terus berkemang secara dinamis, geopolitik juga terus berubah. Ini mengharuskan kita terus kembangkan strategi kebijakan dan doktrin Indonesia," katanya.
Presiden menambahkan Indonesia telah aktif dalam sejumlah aktivitas perdamaian. TNI dan pimpinannya harus kuat pertahankan dan melindungi kepentingan nasional.
"Dalam jajaran kepemimpinan nasional diharapkan bisa menerapkan strategi yang tepat." katanya.