REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Front Pekerja Lokalisasi (FPL) menggelar aksi tolak penutupan lokalisasi prostitusi Dolly-Jarak, Kota Surabaya, Jawa Timur (Jatim), dengan mengarak seekor kerbau jantan yang diberi nama Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Kamis (26/6).
Humas FPL, Slamet Sugiono mengatakan, pihaknya dengan warga di lima rukun warga (RW) sekitar Dolly tetap menolak penutupan prostitusi Dolly. Untuk itu, kata dia, warga di lima RW secara swadaya iuran dana dan terkumpul Rp 20 juta untuk membeli seekor kerbau jantan yang dinamakan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Kerbau ini disebutnya merupakan simbolisasi Risma yang bodoh.
‘’Karena kerbau itu kan sebagai simbol kebodohan dan ikut kemanapun tuan rumahnya pergi. Jadi Risma itu bodoh dan mengikuti apapun kepentingan pemilik modal,’’ ujarnya saat ditemui Republika di Gang Dolly di Surabaya, Kamis (26/6).
Selain itu, FPL menuding Risma pantas disamakan dengan kerbau karena tidak mau mendengar aspirasi masyarakat. Tak hanya Risma, pihaknya juga mengalungkan tulisan beberapa nama yaitu Gubernur Jatim Soekarwo dan pihak-pihak yang mendukung penutupan Dolly seperti Anggota Ikatan Keluarga Madura (Ikamra) Mat Mochtar, dan pemilik wisma Barbara yang memutuskan untuk ditutup yaitu Sakak.
Kerbau ini kemudian diarak mengelilingi jalan di Dolly-Jarak dan kemudian disembelih. Rencananya, daging kerbau ini akan dibagi-bagikan untuk warga. Adanya kerbau ini sekaligus sebgai bentuk protes sikap pemerintah yang tebang pilih hanya menutup Dolly. ‘’Semua lokalisasi prostitusi di Jatim, termasuk tempat adanya prostitusi terselubung seperti hotel, karaoke juga harus ditutup,’’ ujarnya.
Untuk itu, pihaknya memastikan akan melakukan sweeping ke tempat-tempat prostitusi terselubung seperti tempat karaoke, panti pijat, hingga hotel. FPL menegaskan akan tetap menolak penutupan prostitusi Dolly. Namun prostitusi Dolly diakuinya libur beroperasi jelang Bulan Puasa yaitu mulai Kamis (26/6) ini hingga dua sampai tiga hari setelah Idul Fitri.
‘’Meskipun Dolly libur selama puasa, kami bersama dengan warga di lima RW sudah menyiagakan 200 personel untuk menjaga lokalisasi ini untuk antisipasi razia,’’ ujarnya.