REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Bidang Strategi Tim Pemenangan Nasional Prabowo-Hatta M Romahurmuziy menyebut sejumlah intimidasi mewarnai proses penghitungan suara.
Sebagai contoh kejadian pelemparan bom molotov pada kantor salah satu lembaga survei. Begitu juga intimidasi yang terjadi pada para saksi di lapangan bahkan terhadap petugas PPS.
Ia mengatakan, tim advokasi akan menindaklanjuti berbagai laporan di lapangan. Tim nantinya akan menganalisis lebh dalam mengenai laporan yang masuk. Tim Prabowo-Hatta pun sudah menyiapkan saksi berjenjang untuk mengawal suara.
"Kami masih terus mengumpulkan bukti-bukti atas terjadinya pelanggaran-pelanggaran tersebut," katanya, Ahad (13/7).
Romy mengatakan meski rekapitulasi suara sudah ada di tingkat kecamatan, pemantauan tetap dilakukan dengan adanya data real count dari para saksi di lapangan yang masuk ke pusat tabulasi nasional koalisi Merah Putih. "Semuanya terkawal baik," kata dia.
Para saksi dari tim Prabowo-Hatta menggunakan layanan pesan singkat (sms) untuk mengirimkan laporan data. Data yang dimaksud disebut berasal dari dokumen C1.
Berdasarkan data yang masuk hingga Kamis (11/7) sekitar 67 persen, Prabowo-Hatta disebut masih unggul dengan 51,58 persen. Sementara pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla meraih 48,42 persen suara. Romy optimistis melihat hasil real count ini.