Jumat 01 Aug 2014 18:28 WIB

Usaha Garam Rakyat Terganjal Pemasaran

Petani garam. Ilustrasi
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Petani garam. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, ADONARA, NTT -- Usaha pertambakan garam rakyat yang dilakukan kelompok petani Desa Pleno di wilayah pantai Watoose di Pulau Adonara bagian timur, Kabupaten Flores Timur, NTT, masih terganjal masalah pemasaran sejak dirintis pada Agustus 2013.

"Sejak diproduksi pada Agustus 2013, kami belum bisa memasarkan usaha garam beriodium itu secara bebas ke pasaran umum, kecuali hanya mempromosikan ke pasar-pasar rakyat yang ada," kata Laurens Tokan, ketua kelompok petani usaha garam beriodium tersebut, Jumat (1/8).

Usaha pertambakan garam rakyat yang sempat dikunjungi Gubernur NTT Frans Lebu Raya saat mengisi liburan Lebaran itu, dapat dikembangkan sampai 10 hektare dari posisi usaha saat ini hanya seluas 0,5 hektare.

"Potensinya cukup menjanjikan, namun karena tidak ada pemasaran yang jelas mengakibatkan usaha garam rakyat itu terkesan hanya berjalan di tempat," kata Laurens.

Menurut dia, produksi garam rakyat mencapai empat ton setiap kali panen dalam durasi sepekan, namun hasil produksi yang ada hanya bisa disimpan dalam karung.

Produksi garam yang sudah disiapkan dalam bentuk kemasan berlabel "produksi garam rakyat putra Adonara" itu, kemudian dibagikan Laurens kepada pengunjung sebagai bentuk lain dari sosialisasi dan promosi akan keberadaan tambak garam rakyat tersebut.

Ia mengatakan pihaknya mendapat bantuan teknologi olah garam beriodium dari Dinas Perindustrian Flores Timur, namun pemerintah daerah tidak membuka akses pasar bagi usaha tersebut.

Kadis Perindustrian Flores Timur Frans Fernandez menyarankan kelompok tani usaha pertambakan garam rakyat itu ke pasar-pasar tradisonal, karena untuk menjualnya ke pasaran bebas harus membutuhkan produksi yang banyak.

Menurut dia, usaha pertambakan yang hanya setengah hektare dengan produksi empat ton/minggu itu belum memenuhi kebutuhan industri, sehingga perlu diperluas lagi areal pengolahannya.

"Anggaran untuk pengembangan usaha tersebut sudah disiapkan, namun pada saat pembahasan anggaran, anggota dewan asal Adonara jarang menyuarakannya bahkan tidak hadir saat pembahasan anggaran," katanya.

"Kami mendukung sepenuhnya usaha pertambakan garam tersebut, karena potensinya sangat menjanjikan. Tinggal bagaimana peran anggota dewan asal Adonara untuk menyuarakannya saat pembahasan anggaran bersama DPRD Flores Timur," demikian Ciku--panggilan akrab Frans Fernandez.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement