Kamis 07 Aug 2014 18:51 WIB

Astaga, 11 Wartawan Dibantai Israel

Rep: c60/ Red: Bilal Ramadhan
Bangunan di Gaza, Palestina, hancur akibat serangan udara Israel.
Foto: EPA/Oliver Weiken
Bangunan di Gaza, Palestina, hancur akibat serangan udara Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA CITY-- Hala Hamad menerima kabar pertama tentang kematian suaminya, Khaled Hamad dari televisi. Namun keluarganya langsung membantah kabar tersebut. “Tapi aku tahu itu dia. Kamera dan rompinya tertulis Pers," kata Hala sambil tak henti meneteskan air mata, Rabu (6/8) seperti dikutip aljazeera.

Khaled bekerja untuk sebuah perusahaan media lokal di Kota Gaza bernama 'Continue' Dua puluh empat tahun. Dia dibunuh bersama sopir ambulans Fouad Jaber (28). Tank Israel menyerang ambulans yang ditumpangi  mereka berdua di Shujayea, tepi timur Kota Gaza.

Awalnya, keduanya datang ke Shujayea untuk mengevakuasi korban terluka dan mengumpulkan mayat-mayat warga Paletina. Namun justeru, mereka berdua menjadi korban militer Israel selanjutnya. Ayah Khaled, Abu Fouad memiliki firasat buruk sebelum kepergian puteranya.

"Ada perasaan yang tidak biasa, sesuatu di dalam hati saya," kata Abu Fouad.

Sejak serangan militer Israel di Jalur Gaza yang dimulai hampir satu bulan lalu, setidaknya 1.865 warga Palestina tewas, dan 9.563 lainnya terluka. Disamping itu, enam puluh empat tentara Israel juga tewas, bersama dengan dua warga sipil Israel dan seorang pekerja berasal dari Thailand.

Sejak perang dimulai, setidaknya 11 orang yang bekerja untuk media asal Palestina menjadi korban peperangan. Tiga orang meninggal di lingkungan Shujayea dalam waktu yang berbeda, seorang sopir untuk kantor berita Media Gaza meninggal saat serangan udara Israel di Kota Gaza, dan lima lainnya saat tidak sedang bertugas.

Komite bermarkas di New York Komite Perlindungan Wartawan atau Committee to Protect Journalists (CPJ) masih menyelidiki tiga kasus kematian lainnya yang diduga merupakan wartawan. "Ketika Fouad terbunuh, aku dan seluruh anggota semua keluarga telah kehilangan orang yang sangat kami cintai. Anda tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan orang tua ketika mengubur anak-anak mereka dan kembali ke rumah dengan hati yang kosong," kata Abu Fouad.

Di Tepi Barat, warga Palestina berbaris melewati Ramallah pada Selasa sambil membawa peti mati secara simbolis untuk mengenang 11 wartawan dan pekerja media yang tewas di Gaza sejak perang dimulai. Juru kamera, presenter TV, dan fotografer menuju ke gedung PBB membawa spanduk yang menyerukan hak keamanan awak media selama perang sembari memegang gambar rekan-rekan mereka yang telah tewas.

Beberapa orang lainnya membawa spanduk besar bertuliskan nama-nama staf medis yang juga tewas di Gaza. Afiliasi lokal dari International Federation of Journalists, Palestina Jurnalis Syndicate (PJS), telah mendorong sebuah komisi independen untuk menyelidiki kematian para pekerja media.

"Kami menunggu persetujuan Mesir untuk mengizinkan Sembilan anggota komite untu ke Gaza melalui perbatasan Rafah," kata Abdel Nasser al-Najjar, kepala PJS. Ia menerangkan, dari Sembilan anggota komite khusus ini, tiga berasal dari media internasional dan enam dari media lokal Arab.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement