Jumat 08 Aug 2014 11:42 WIB

Meski Mendukung, SBY Nilai Tim Transisi Jokowi tak Etis

  Presiden terpilih Joko Widodo bersama Kepala Staf Kantor Transisi Rini M Soemarno (kiri) saat meresmikan kantor transisi di Jalan Situbondo, Menteng, Jakarta, Senin (4/8). (Republika/ Yasin Habibi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Presiden terpilih Joko Widodo bersama Kepala Staf Kantor Transisi Rini M Soemarno (kiri) saat meresmikan kantor transisi di Jalan Situbondo, Menteng, Jakarta, Senin (4/8). (Republika/ Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memahami langkah presiden terpilih Joko Widodo untuk membentuk tim transisi sebelum benar-benar menjalankan tugas negara.

Ia pun menilai langkah tersebut tidak keliru. Bahkan mendukung langkah tersebut. Menurutnya, sebagai presiden tentu ada keinginan untuk sukses menjalankan roda pemerintahan.

Namun, Presiden SBY beranggapan pemilihan waktu untuk membentuk ataupun memberikan pekerjaan pada tim transisi tidaklah tepat. Apalagi proses pilpres berupa gugatan di Mahkamah Konstitusi (MK) belum usai.

"Tapi sekali lagi, tunggu timing yang tepat. Rasanya tidak baik dan tidak etis ketika MK sedang bersidang, belum mengambil keputusan apapun lantas saya, misalkan atau menteri-menteri di kabinet saya untuk bersama-sama merencanakan masa transisi ini," katanya dalam dalam program “Isu Terkini” melalui kanal youtube ((http://t.co/Xk1bs58B96) yang diunggahnya pada Kamis (7/8) malam.

Ia mengatakan langkah Jokowi dipahami karena setelah mengucap sumpah di MPR beberapa bulan ke depan, sejumlah agenda penting akan menanti. Termasuk agenda yang taraf internasional dan regional seperti KTT ASEAN, APEC, hingga G-20.

Tetapi, proses pilpres belum benar-benar selesai. MK masih melanjutkan proses gugatan pasangan Prabowo-Hatta.

"MK masih bersidang dan belum memberikan putusan atas apa yang diadukan Prabowo-Hatta. Oleh karena itu, saya mengulangi seruan saya beberapa saat lalu, semua pihak harus bersabat terlebih dulu," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement