REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT-- Suriah mengatakan siap membantu melawan kelompok radikal ISIS. Namun, Suriah memperingatkan AS agar tidak menyerang tanpa seizin Damaskus. Dilansir dari Associated Press, Suriah menyebut serangan sepihak yang akan dilakukan oleh AS merupakan tindakan agresi.
Selama ini, Presiden Barack Obama sangat berhati-hati agar tidak terlibat dalam konflik Suriah yang telah menewaskan lebih dari 190 ribu orang. Ia juga menentang mengintervensi secara militer dalam konflik tersebut, bahkan setelah AS menyalahkan Presiden Bashar al-Assad karena telah menggunakan senjata kimia menyerang warga sipilnya.
Namun, setelah pergerakan ISIS yang semakin mengerikan dan menguasai sejumlah wilayah, Obama pun mendapatkan berbagai tekanan dari para pemimpin militernya untuk melawan para kelompok radikal tersebut hingga ke Suriah. Pada Senin, pejabat senior pemerintahan mengatakan Obama telah mengesahkan pesawat pengintaian di Suriah.
Langkah ini membuka jalan bagi AS untuk melakukan serangan udara. Sementara itu, di Damaskus, Menteri Luar Negeri Suriah Walid al-Moallem mengatakan pemerintahannya siap bekerjasama dan berkoordinasi dengan berbagai pihak, termasuk AS, atau bergabung dengan aliansi internasional atau kawasan melawan kelompok ISIS. Namun, lanjutnya tindakan militer yang dilakukan di Suriah harus mendapatkan izin dari pemerintah Suriah.
"Semua serangan yang tidak berkoordinasi dengan pemerintah akan dianggap sebagai agresi," katanya.
Sementara itu, di Moscow, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan negara-negara Barat yang selama ini menolak untuk mengecam musuh Assad kini mulai sadar akan ancaman dari kelompok ISIS. Selama beberapa dekade, Moscow menjadi sekutu dekat Damaskus dan telah memberikan bantuan persenjataan serta dana untuk membantu rezim Assad melewati konflik saat ini.