REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH-- Negara-negara Arab telah bersatu guna melawan kelompok radikal ISIS pada Kamis. Namun, negara anggota NATO Turki yang ikut menghadiri pertemuan di Jeddah menolak untuk bergabung.
Dilansir dari Associated Press, dukungan negara-negara Arab untuk menghentikan pergerakan ISIS disampaikan setelah CIA menyebutkan jumlah anggota ISIS yang semakin meningkat. Kesepuluh negara-negara di Timur Tengah tersebut menyatakan dukungannya untuk melawan kelompok tersebut dimana saja, termasuk di Irak dan Suriah.
Dukungan ini diberikan setelah Menlu AS John Kerry melakukan pertemuan di Jeddah. Kunjungan Kerry dilakukan untuk menggalang dukungan AS mengalahkan ISIS yang telah merebut sejumlah wilayah di Irak dan Suriah. Hampir 40 negara pun telah sepakat ikut berkontribusi memberikan dukungannya kepada AS.
"Konsekuensi buruk akibat kebencian para ekstrimis masih membekas di pikiran semua warga Amerika, begitu juga dengan teman-teman dan sekutu kita di seluruh dunia," kata Kerry, saat mengenang serangan teror terhadap AS 13 tahun yang lalu. "Konsekuensi tersebut masih terasa setiap hari di Timur Tengah," katanya.
Dalam pertemuannya di Jeddah, sejumlah negara Teluk, seperti Arab Saudi, Mesir, Irak, Yordania, dan Lebanon berjanji untuk melawan aksi terorisme. Mereka berjanji mengambil sejumlah langkah termasuk menghentikan pengiriman anggota ISIS serta pendanaannya, menghapuskan ideologi, serta memberikan bantuan kemanusiaan, dan ikut berkoordinasi dalam tindakan militer.
Selain itu, mereka juga sepakat untuk meningkatkan dukungannya terhadap pemerintah bersatu Irak. Menlu Arab Saudi Pangeran Saud al-Faisal mengatakan para anggota koalisi sepakat untuk berbagi tanggung jawab dalam memerangi ISIS.
Para sekutu NATO pun telah diminta untuk mengamankan perbatasan mereka untuk mencegah adanya penyelundupan minyak dari Irak dan Suriah. Mereka juga diminta untuk mencegah para anggota asing ISIS masuk ke wilayah tersebut.
Sementara itu, menurut pejabat AS, Turki tidak ikut menandatangani kominike koalisi karena pemerintah Turki masih khawatir terhadap nasib warganya, termasuk diplomatnya, yang ditahan oleh ISIS. Pejabat senior Departemen Luar Negeri memperkirakan AS masih akan melanjutkan kerjasamanya dengan Turki menghentikan ancaman ISIS.