REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pendidikan Khusus Layanan Khusus Dikdas Mudjito mengatakan, agar anak-anak tidak terpengaruh ajaran radikal, mereka harus dibentengi sejak dini.
Anak-anak, kata Mudjito, sejak kecil harus diajarkan agama apapun tidak pernah mengajarkan warga negara untuk memusuhi negara. "Dalam Islam mengajarkan cinta bangsa dan cinta negara merupakan bagian dari iman,"katanya, Senin, (29/9).
Kalau ada upacara dan melakukan perghormatan kepada bendera, terang Mudjito, jangan ditarik ke paham ekstrim atau radikal apalagi bendera disamakan dengan berhala. Bendera itu bukan berhala, tapi hanya simbol negara saja.
"Saya kira semua agama mengajarkan cinta bangsa dan tanah air. Jadi kalau ada orang yang mengajarkan benci pada negara itu salah,"kata Mudjito.
Ke depan, ujar Mudjito, harus ditanamkan pendidikan karakter kepada anak-anak agar lebih cinta dan bangsa. Mengajarkan cinta bangsa dan tanah air bukan hanya tanggung jawab Kemendikbud namun juga seluruh institusi agama seperti masjid, gereja, pura, juga masyarakat.
Cinta tanah air, terang Mudjito, ditanamkan dengan belajar menghargai ragam, budaya, etnis yang ada di Indonesia. Ini bisa dilakukan dengan kegiatan pramuka.
Dalam pramuka, kata Mudjito, anak-anak diajarkan keindonesiaan dan kebangsaan seperti kegiatan kibar bendera. Games yang meningkatkan cinta tanah air.
"Kegiatan ini bagian dari aspek internalisasi nilai cinta tanah air. Pramuka sendiri sudah wajib dari SD sampai SMA,"ujar Mudjito.
Pendidikan anti radikalisme, kata Mudjito, harus mulai dilakukan sejak dini. Fondasi cinta tanah air harus diperkuat.