Rabu 22 Oct 2014 01:00 WIB

Sundari Soekotjo Bosan Bicara Keroncong, Mengapa?

Sundari Soekotjo
Foto: Amin Madani/Republika
Sundari Soekotjo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyanyi keroncong Sundari Soekotjo mengaku dirinya bosan membicarakan keroncong, terlebih membicarakan sejarah perkembangannya di Indonesia.

"Berhentilah mengadakan seminar tentang keroncong atau membicarakan sejarahnya. Kenapa kita tidak menggalakkannya agar ada generasi penerus yang melestarikan musik asli Indonesia ini," kata Sundari di Jakarta, Selasa (21/10).

Dia mengaku prihatin dengan sedikitnya generasi sekarang yang kurang mengapresiasi musik keroncong.

Ia mengaku industri musik di masa kini berkembang sangat pesat tetapi keroncong justru kurang mendapat tempat di masyarakat.

"Keroncong itu unik. Alat musiknya tidak ada yang asli dari Indonesia sejak dibawa orang Portugis ke Indonesia. Tapi justru keroncong berasal dari Indonesia, bukan dari luar negeri meski alat musiknya tidak asli dari sini," kata pelantun tembang "Di Bawah Sinar Bulan Purnama" itu.

Perempuan bernama lengkap Sundari Untinasih Soekotjo itu sendiri berupaya terus melestarikan keroncong lewat berbagai upaya, termasuk lewat Himpunan Artis Musik Keroncong Indonesia (Hamkri). Dari organisasi itu dia dan beberapa pegiat keroncong menggelar berbagai kontes keroncong, memberikan beasiswa peminat keroncong dan kegiatan lainnya.

Dengan minimnya minat generasi muda yang melestarikan keroncong, Sundari mengatakan sangat mengapresiasi setiap anak yang berminat mempelajari dan mengembangkan aliran musik yang membesarkan namanya di belantika musik.

"Saya pernah mendapati kritik karena memberikan komentar yang melulu positif terhadap peserta kontes keroncong di TVRI. Tapi saya jawab, upaya saya itu untuk mengapresiasi generasi muda karena mereka bagus telah berupaya masuk ke keroncong. Mereka perlu dipuji dan diberi semangat," kata dia.

Ibu dari putri semata wayang Intan Soekotjo (22) itu mengatakan keroncong memiliki tantangan globalisasi. Salah satu contohnya adalah televisi, produk globalisasi, yang belakangan kurang meminati menayangkan acara musik keroncong.

Keroncong, masih kata Sundari, harus dipopulerkan dengan berbagai cara sehingga semakin dicintai oleh generasi muda.

"Maka dari itu kini saya menjadi terbuka bagi mereka yang mengaransemen keroncong dengan berbagai gaya bermusik. Meski dulu saya berpandangan keroncong ya keroncong murni yang punya pakemnya sendiri. Tapi kini saya memandang keroncong juga bisa dipadukan dengan aransemen kontemporer," kata dia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement