REPUBLIKA.CO.ID, BOJONEGORO-- Pedagang di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, menaikkan harga pembelian nasi aking dari Rp 2.200 menjadi Rp 2.400 per kilogram, karena menurunnya produksi Nasi Aking di daerah setempat, juga di Tuban dan Blora, Jawa Tengah.
"Saya menaikkan harga pembelian nasi aking (nasi yang dijemur jadi kering), karena produksi Nasi Aking di Bojonegoro, Tuban dan Blora terus menurun sejak tiga pekan terakhir," kata seorang pedagang pengepul nasi aking di Pasar Banjarjo, Kecamatan Kota, Bojonegoro Sakip, Jumat.
Menurut dia, menurunnya produksi nasi aking di tiga daerah tersebut, disebabkan stok produksi nasi aking di pedagang pengepul sudah terjual semua. "Ada sekitar 10 pedagang pengepul di Bojonegoro dan Tuban, juga di Blora Jawa Tengah, yang saat ini hanya mampu menyetorkan nasi aking ke tempat saya sekitar 3 ton per hari," jelasnya.
Padahal, menurut dia, perolehan nasi aking dari para pedagang yang menjadi langganannya itu biasanya bisa mencapai 10 ton/hari. "Para pedagang nasi aking tersebut bisa memperoleh nasi aking langsung ke rumah penduduk, juga di pasar-pasar desa," jelasnya.
Ia mencontohkan seorang pedagang nasi aking asal Kecamatan Parengan, Tuban, baru menyetorkan nasi aking ke tempatnya sebanyak 20 kilogram, yang biasanya rata-rata bisa membawa 4-5 kuintal/hari. Oleh karena itu, ia mengaku kesulitan memenuhi permintaan peternak bebek, juga itik Blitar, Kediri dan Tulungagung, yang jumlahnya rata-rata sekitar 9 ton/hari.
Ia menambahkan di Bojonegoro dan Tuban, hanya dirinya yang mengirimkan nasi aking ke luar daerah, yang sudah dilakukan cukup lama. Bahkan, lanjutnya, permintaan nasi aking dari peternak babi di Bali, juga cukup tinggi, tetapi tidak dipenuhi dengan pertimbangan keuntungan.
"Saya lebih untung menjual nasi aking ke Blitar, Kediri atau Tulungagung, sebab uangnya langsung. Tetapi kalau menjual nasi aking ke Bali untuk pembayarannya dicicil," ujarnya.