REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo masih berharap Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan Komite Olimpiade Indonesia (KOI) dapat bersatu demi peningkatan prestasi olahraga Indonesia pada ajang internasional.
"Sebenarnya itu pekerjaan rumah yang besar. KONI-KOI harus disatukan melalui perubahan Undang-undang Sistem Keolahragaan Nasional No. 3 tahun 2005," kata Roy di sela-sela penyambutan Kontingen Indonesia dalam Asian Paragames 2014 di Bandara Internasional Soekarno-Hatta Tangerang, Banten, Sabtu (25/10).
Roy mengatakan Mahkamah Konstitusi akan memutuskan perubahan undang-undang itu dalam waktu dekat.
"Tapi saya berharap olahraga Indonesia dapat bersatu karena sudah lama terkotak-kotak. Bukti prestasi olahraga Indonesia seperti pada Asian Paragames 2014 ini. Jika diurus satu instansi seperti ini ternyata sangat berprestasi," ujar Roy.
Atlet-atlet paragames, lanjut Roy, tidak dapat dibedakan hak mereka dengan atlet-atlet non-paragames menyusul prestasi mereka di ajang ASEAN Paragames 2014 dan Asian Paragames 2014.
Terkait calon menteri pemuda dan olahraga Kabinet Indonesia Hebat Joko Widodo-Jusuf Kalla, Roy mengatakan akan mendukung sepenuhnya menteri yang baru itu.
"Siapapun menpora yang baru mari dukung beliau. Saya pun akan berdri di belakang beliau untuk membantu semua program di kemenpora," kata politikus Partai Demokrat itu.
Sebelumnya pada awal Oktober, Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Rita Subowo mengatakan konflik antara lembaga yang dipimpinnya dengan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) terkait ketidaksinergian dan ketimpangan wewenang bisa mengancam posisi Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games 2018.
"Jika ada masalah lagi dan ini diketahui oleh Komite Olimpiade Dunia (IOC) maka Indonesia dipastikan akan dihukum seperti yang terjadi pada Turki, India, dan Kuwait. Bisa jadi batal menjadi tuan rumah Asian Games 2018," kata Rita.