Jumat 31 Oct 2014 15:49 WIB

Pelayanan RSUD Depok Sangat Buruk!

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Winda Destiana Putri
RSUD Depok
Foto: Pemprov Depok
RSUD Depok

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Sejumlah pasien mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang buruk. Selain lamanya antrian, pihak rumah sakit tidak adil dalam memperlakukan pasien.

Pasien dengan jaminan kesehatan tak menjadi prioritas pemeriksaan. Hal ini disampaikan Nurhalimah (31) warga tugu sawangan, untuk mendapatkan antrian awal ia harus datang ke rumah sakit sejak jam 4.30 pagi.

Padahal pembagian nomer antrian baru dilakukan pukul 07.00 pagi. Untungnya pagi itu ia masih mujur. Ia merupakan urutan nomer dua, tapi ia kaget ketika mendapatkan nomer antrian ternyata ia mendapat nomer empat.

Ternyata ada orang tanpa jaminan kesehatan juga mendaftar dan mendapat urutan nomer pertama. Halimah mengaku pasrah, menurutnya hal ini kerap terjadi.

Pasien dengan jaminan kesehatan kerap dinomer sekiankan oleh pihak rumah sakit. Meski di depan ruang pendaftaran terpampang plat 'Harap Antri' namun hal tersebut tak berlaku di RSUD ini.

Selain masalah prioritas, Halimah mengatakan proses yang harus dilewati seorang pasien jaminan kesehatan lebih rumit dibanding yang lain. Setelah ia harus menunggu sejak pukul 4.30 pagi untuk mendapat nomer antrian, ia masih harus menunggu kedatangan dokter yang mulai praktek pukul 11.

Bahkan Halimah mengatakan bahwa kerap dokter datang terlambat, atau malah tiba-tiba membatalkan praktek kala pasien sudah lama mengantri.

Seperti hari ini, Jumat (31/10) antrian panjang pasien mata sudah sampai 22 orang. Padahal waktu sudah menunjukan pukul 10.00, beberapa pasien sudah menunggu sejak pukul  07.00, naasnya dokter mata tak jadi prakter hari itu, petugas rumah sakit menyampaikan informasi tersebut melalui pengeras suara, sontak para pasien kecewa dan berlalu pulang.

"Yaah. Sudah nunggu dari tadi jam 6, kenapa gak dari tadi sih infonya," ujar Pardiman (42), katarak mulai menggenangi matanya sejak dua bulan yang lalu. Ia juga pasien dengan jaminan kesehatan. Mantan pekerja bangunan ini akhirnya melangkah pulang bersama istrinya.

Pardiman menceritakan bahwa ini adalah kedatangannya yang ke empat untuk kontrol mata, obat yang diberikan dokter pekan lalu sudah habis, dan ia pun hendak menanyakan bagaimana keadaan mata kirinya yang mulai dipenuhi bercak putih.

Melihat pasien mata yang mengeluh, petugas tak menghiraukan para pasien. Ketika ditanya mengapa kabar bahwa dokter praktek tidak ada petugas rumah sakit bernama Aris mengatakan bahwa ia juga tidak tahu. Hanya asisten dokter memberitahu via telfon bahwa dokter spesialis mata tersebut tidak dapat praktek.

Buruknya pelayanan rumah sakit tak sampai disana. Bergerak ke lantai dua rumah sakit tempat rawat inap tak kalah memperhatinkan, satu ruang rawat inap kelas III diisi oleh enam orang pasien. Bahkan Halimah mengatakan bahwa saat wabah tertentu ada beberapa pasien yang ditaruh di selasar bangsal perawatan karena minimnya ruang perawatan.

Beberapa penolakan pasien pun kerap terjadi, Halimah sendiri salah satu pasien penolakan. 6 April 2012 pukul 05.00 Halimah mengalami kontraksi hebat, tanggal 6 April 2012 memang sudah menjadi HPL anak Halimah, saat itu pihak RS tidak bisa menangani persalinan Halimah.

Karena posisi bayi yang sungsang, pihak RSUD mengatakan bahwa tak ada alat yang memadai untuk melakukan operasi sesar. RSUD Depok pun merujuk Halimah ke RS Fatmawati Jakarta. Sayangnya pagi itu supir ambulan belum datang, akhirnya Halimah menggunakan taksi menuju RS.Fatmawati.

RSUD Kota Depok sebagai Rumah sakit dibawah naungan Dinas Kesehatan kota Depok memang sudah lama menuai protes dari warga depok. Selain minimnya fasilitas, pelayanan yang tak ramah, pembangunan RSUD yang sejak lima tahun lalu direncanakan oleh pemerintah kota Depok mandeg hingga saat ini.

Tampak sebuah bangunan setengah jadi dibelakang RSUD Kota Depok. Namun, tak ada tanda tanda kelanjutan pembangunan. Tarsim (40) selaku tukang parkir di RSUD mengatakan sudah sejak 2010 pembangunan rumah sakit berhenti dilakukan. Tak ada kabar lagi kapan pembangunan akan dilanjutkan. Padahal RSUD ini setiap harinya menampung sekitar 300 pasien, bahkan beberapa pasien yang telat mendaftar ditolak untuk berobat.

"Kalo ke Poli maksimal antrian sampe nomer 30 aja neng, gak bisa lebih, paling kalo yang gawat masuknya UGD," ujar Tarsim.

Maraknya keluhan tak ditanggapi serius oleh pihak RSUD, karena saat Republika hendak meminta konfirmasi, Jumat (31/10) kepihak RSUD, petugas keamanan depan RSUD mengatakan bahwa pimpinan sedang tidak ada ditempat.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement