REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kepala Humas PT Kereta Api Indonesia, Makmur Syaheran mengaku pihaknya membeli kereta (bekas) dari Jepang untuk KRL Commuter Jabodetabek dikarenakan lebih visible dari segala aspek. Selain itu, (harga tiket) bisa dibiayai proposional oleh penumpang.
"Visible dari segala aspek dan itu bisa dibiayai proposional oleh penumpang. (Selain itu) Visible untuk kondisi kita," ujarnya, Rabu (3/12).
Menurutnya, pertimbangan pihaknya membeli kereta dari Jepang untuk KCJ karena harga satu gerbong sebesar Rp 1 miliar. Sementara, satu gerbong baru bisa mencapai harga Rp 12 miliar.
Selain itu, faktor keselamatan yang masih terjamin menjadi alasan lain, pihaknya memilih membeli kereta dari Jepang. Serta pertimbangan, kemampuan daya beli masyarakat. "Saya beli baru, tapi tiketnya 50 ribu. Problemnya apakah penumpang mampu," ungkapnya.
Makmur mengatakan kereta-kereta yang dibeli pun sudah lolos uji kereta api dari pihak Dirjen perkeretapian. Ia menuturkan, pihaknya tidak membeli kereta dari PT Inka karena beberapa pertimbangan seperti harga tiket. "Kalau saya beli dari INKA, (harga tiket) Rp 50 ribu itu bisa ditanggung penumpang tidak," katanya.
Menurutnya, tiap tahun pihaknya harus membeli 150 gerbong kereta untuk memenuhi target di tahun 2019 untuk bisa mengangkut penumpang sebanyak 1,2 juta penumpang. "Saat ini dengan total 800 gerbong kereta yang ada, kita bisa mengangkut 700 ribu penumpang per hari," katanya.