REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masuknya pengadaan jilbab polisi wanita (polwan) dalam Peraturan Kapolri (Perkap) disambut baik oleh Ikatan Da'i Indonesia (Ikadi). Adanya polwan yang berjilbab diharapkan Ikadi dapat memotivasi Muslimah lainnya untuk menutup aurat.
"Polwan yang punya tugas berat di jalan saja mau memakai jilbab, bagaimana Muslimah yang bukan polwan," ujar Ketua Umum Ikadi Satori Ismail pada ROL, Selasa (9/12).
Satori menyatakan jika dalam menghadapi medan pekerjaan yang sulit saja ada polwan yang ingin berjilbab, sudah sepatutnya Muslimah lain yang tidak menghadapi medan seberat polwan bisa termotivasi untuk menutup aurat juga. Karena itu, Satori percaya adanya polwan yang berjilbab dapat memberi dampak positif pada masyarakat juga.
Satori juga mengapresiasi pihak kepolisian yang akhirnya menuntaskan permasalahan jilbab polwan yang sebelumnya menggantung ini. Ia melihat diberikannya kesempatan pada polwan Muslim untuk berjilbab sebagai hal yang baik. Ini juga menjadi tanda bahwa pihak kepolisian menjunjung tinggi Undang-undang Dasar 1945 yang melindungi hak tiap warga untuk melaksanakan ajaran agamanya.
"Polwan yang Muslimah diberi kesempatan menutup aurat, itu sangat bagus sekali," lanjut Satori.
Diizinkannya polwan berjilbab juga mengindikasikan bahwa kepolisian meyakini bahwa penggunaan jilbab tak akan mempengaruhi kinerja para anggotanya. Hal ini, lanjut Satori, sebenarnya sudah terbukti di berbagai bidang pekerjaan. Di Aceh pun penetapan jilbab bagi para polwan Muslim terbukti tidak mengganggu kinerja dan kedinamisan para polwan tersebut dalam melaksanakan pekerjaannya.