REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Surat kabar Inggris 'Daily Telegraph' mengungkapkan Ahad (14/12) bahwa remaja Australia dan seorang wanita 20 tahun telah menjadi wanita Australia pertama yang melarikan diri ke Suriah untuk menjadi pengantin teroris.
Hodan, 18 dan temannya Hafsa, 20, terbang dari Sydney dalam dua pekan terakhir setelah berbohong kepada keluarga mereka tentang ke mana mereka pergi, menurut surat kabar itu. Gadis-gadis itu berisiko hukuman penjara 10 tahun jika mereka melakukan perjalanan ke daerah-daerah yang dianggap benteng kelompok garis keras Negara Islam di Suriah dan Irak (ISIS).
Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop dikutip oleh surat kabar itu mengatakan, bahwa pemerintah perlu untuk bekerja sama dengan masyarakat dan keluarga, yang merupakan "baris pertama pertahanan". "Mereka menjadi orang-orang yang dapat mendeteksi perubahan perilaku atau menentukan apa anak-anak mereka menjadi apa," katanya.
Banyak gadis bertemu calon suami mereka melalui situs Ask.fm, di mana teroris muda menceritakan kepada mereka dunia tentang tindakan teror mereka. Seorang wanita Inggris yang memantau situs itu mengatakan kepada 'The Times of London' bahwa 90 persen dari pesan Ask.fm pada orang-orang ini adalah usul atau lamaran pernikahan.
Jaksa Agung Australia George Brandis mengatakan kepada 'Daily Telegraph' bahwa keluarga yang sekarang di garis depan otoritas berharap menghentikan pemuda Australia melakukan perjalanan ke wilayah tersebut. "Keluarga harus memberitahu kepada setiap anggota keluarga atau teman-teman di sana untuk tidak terlibat dalam pertempuran apapun dan meninggalkan Suriah atau Irak sesegera mungkin.